18 Des 2011

Episode Cinta Sang Ibu Di Hari Ibu

“Insyaallah..insyaallah..insyaallah.. ada jalan”   by Maher Zein

Lirik lagu diatas seringkali di dendangkan oleh Jundi, anakku. Barangkali dia juga belum bisa memahami apakah makna dari bait kalimat simpel namun menggugah itu. Bagi kita yang dewasa, pastinya sangat mengerti dengan makna dari bait tersebut.

Namun, tidak semudah hanya dengan di ucapkan. Belum banyak pula yang bisa memahami bahwa sejatinya waktu ujian itu tidak pernah lebih panjang daripada waktu hari belajar. Tetapi banyak orang tidak sabar ketika menghadapi ujian, seakan sepanjang hidupnya hanya menemui ujian dan sedikit hari untuk belajar. Sayang sekali, mereka tidak memetik suatu hikmah dari sebuah proses itu.

Sebenarnya... ujian kesabaran, keiklasan dan keteguhan lebih sedikit waktunya dibanding kenikmatan hidup yang kita rasakan. Sebagai contoh, jika ada sekolah yang waktu ujiannya lebih banyak daripada waktu belajarnya, maka sekolah itu dianggap sekolah “gila.” Dan sesungguhnya, masih banyak yang hanya memaknai bahwa kesulitan-kesulitan adalah bentuk ujian. Padahal, kenikmatan sendiri itu adalah ujian ..

Nikmat pendengaran, akan menjadi ujian jika kita dihadapkan pada dorongan manusiawi untuk mendengar gunjingan. Nikmat perasa, yang acapkali tanpa sadar kita gunakan untuk ber-ghibah atau bersilat lidah dan menyakiti hati orang lain. Nikmat harta, yang seringkali membuat kita diperbudak olehnya lalu merasa tinggi hati.  Nikmat kecerdasan, yang pada akhirnya menggoda iman kita untuk berbuat takabur dan tidak jujur. Nikmat sehat, yang sering juga terlupakan tatkala kita tak pernah menyadari bahwa Allah memberikan nafas kepada kita tanpa harus membayar. Semua kenikmatan itu nyaris terpenjara dan melumpuhkan lidah kita untuk mengucap HAMDALLAH YA RABB ...

Dalam melengkapi naskah memoar inspiratif mengenai aa Ogest yang sudah pernah saya bahas disebuah notes, alhamdulillah kini sudah memasuki BAB akhir, insyaallah ya Maher Zein ;) semoga menjadi sesuatu J. Dalam hati saya dan aa Ogest sebagai penderita GBS  lumpuh selama 21 tahun, pernah berharap suatu hari ingin bergerak untuk mensosialisasikan GBS di Indonesia yang nyatanya memang belum tersosialisasi dengan baik, bahkan belum banyak yang mengetahuinya.

Subhanallah, Allah maha mendengar doa hambanya dan semua bisa terjadi atas kehendak-NYA. Hingga saya dipertemukan dengan seorang “Inspiring Mom” Drg. Silvia Wahyuni yang dari hatinya tergerak untuk mendirikan PEDULI GBS di Indonesia. Semua bermula ketika ada dua orang balita, Shafa Azalia Zulkarnain dan Azka, yang terserang virus GBS ( Guillain Barre Syndrome ).
Drg.Silvia Wahyuni dengan rekan-rekannya dengan segenap hati dan tenaga serta waktu, berjuang menggalang dana untuk untuk biaya pengobatan di ICU Rumah Sakit yang nominal rupiahnya bisa untuk membeli satu rumah mewah di kawasan elite, atau satu rumah minimalis dan satu buah mobil Honda Jazz new version..

Coba kita renungkan, dengan menutup mata sekejab saja.. bayangkan anak-anak balita kita yang tengah dalam masa emas perkembangan. Mereka aktif berlari-lari lincah, mereka dengan sigapnya mengobrak abrik mainan bahkan semua barang-barang yang ada dirumah kita. Mereka pun dengan lantang berceloteh lucu, mereka dengan manjanya berlari dengan kakinya yang normal, menjangkau tubuh kita dengan tangannya yang sempurna, demi hanya untuk dipeluk ibunya..

Namun apa yang terjadi tanpa kita sadari? Seringkali tanpa sadar, atau bahkan dengan kesadaran penuh, kita memarahinya dan menyebutnya anak nakal. “Ibu,aku  tidak nakal. Tetapi ku banyak akal..” seringkali juga kita malah memakinya lantaran kesal dan secara otomatis, mereka merekam semua makian kita dalam benaknya yang kemudian keluar dari celoteh polosnya. Atau barangkali ada yang membentaknya ketika  sedang letih hanya karena anak kita ingin meraih jemari kita..

Ibu.. bagaimana jika kita harus menghadapi hari-hari selama berbulan-bulan atau  bertahun-tahun, di lorong sebuah Rumah Sakit dan hanya bisa melihat anak kita dari balik kaca sebuah ruang ICU. Bagaimana jika selama rentan waktu tertentu, kita tak pernah lagi melihat anak-anak kita tertidur dikamar bersama kita, melainkan tertidur di sebuah ranjang besi Rumah Sakit dengan alat-alat logam yang menempel di tubuhnya, dengan detak jantung yang kembang kempis, dengan leher yang terpaksa di bolongi untuk dimasukkan alat bantu pernafasan. Bagaimana jika setiap jam, perawat selalu memasukkan selang dari lubang hidung atau mulut anak kita, untuk mengambil cairan yang menumpuk di dalamnya. Bagaimana jika anak kita, yang semestinya sudah bisa bersekolah dan berlari-lari, nyatanya mengidap suatu penyakit yang menyebabkan ia belum bisa duduk, belum bisa berjalan apalagi berlari-lari dengan lincah. Ibu, tidak ada yang menginginkan seperti ini tetapi Allah memberikan ini... kepada mereka disana..

Ibunda dan Ayahanda Shafa Azalia Zulkarnain, yang tak bisa memejamkan mata dengan indah ketika puteri tercintanya yang kini berusia lima tahun terserang virus GBS. Mereka pernah mendapati Shafa dalam keadaan koma selama dua hari, mendapati otot sensorik Shafa sempat terganggu dan menghadapi situasi dimana sudah tak ada lagi biaya sehingga harus berhutang ke Rumah Sakit dalam jumlah yang sangat tidak sedikit. Hatinya remuk, namun semangatnya tak pernah remuk. Langkah kaki beliau menembus segala rintangan untuk bisa mendapatkan keringanan dari pemerintah, bukanlah hal yang mudah. Dan berkat doa serta dukungan dari berbagai kalangan, alhamdulillah kini Shafa Azalia yang saya temui pada tanggal 18 Desember 2011 di ruang ICU anak RSCM, sudah bisa bermain sepada, sudah bisa menggerakkan jari-jarinya untuk menulis dan mewarnai. Meskipun nafasnya belum sempurna. Dilehernya masih terdapat alat bantu pernafasan yang tersambung ke bagian hidungnya. Puteri yang sangat cantik dan cerdas. Masa-masa emasnya ia habiskan di ranjang tidur ICU. Sabar ya nak, peluk hangat serta doa mama dan papa insyaallah akan menjadi mukjijat untuk kesembuhanmu, sayang..

Dari sebuah pernikahan, jika Allah berkehendak maka kita akan di karuniai seorang bayi. Tak ada yang menyambut kelahiran dari buah pernikahan dengan bersedih hati. Namun nyatanya, ada seorang bayi berusia 11 bulan yang berada di samping ranjang Shafa di ruang ICU, menderita penyakit SMA ( Spinal Muscular Atrophy ). Suatu penyakit kerusakan sel-sel otot yang mengakibatkan kelumpuhan akibat kelainan genetika. Darah ibunya tidak cocok dengan darah ayahnya. Sementara hanya informasi ini yang bisa saya tangkap. Akibatnya, Kevin yang masih berusia 11 bulan mengalami pengecilan paru-paru dan lumpuh. Lehernya pun dibolongi untuk dimasukkan alat bantu pernafasan. Matanya sudah rabun dan kini sudah tak ada respon. Saya tak kuasa melihat Kevin dari balik kaca, ketika ibundanya memegang tangan mungilnya dan membisikkan kata-kata barangkali sebuah doa. Tatapan mata Kevin tertuju pada Ibunya seakan ia mengerti dan sudah iklas menghadapi semua ini. Dokter memperkirakan, usianya paling lama bisa bertahan hanya dua tahun saja. Kevin.. yang terbaik untukmu ya, Nak..kami semua mendoakanmu.

Saya juga ingin memperkenalkan seorang Ibu bernama Nur Rahmah Desiana yang luar biasa tabah, ketika putera pertamanya, Daffa yang kini berusia empat tahun terserang penyakit Celebral Palsy sejak usianya masih dibawah satu tahun. Daffa penyandang Celebral Palsy type Spastic Diplegia, yang mengharuskan Desi mengkhususkan waktu lebih intensive untuk melatih Daffa agar bisa mengoptimalkan keempat anggota geraknya. Ditambah lagi, Daffa memiliki kelainan ginjal RTA dan lambung GERD yang mengharuskan ia minum obat setiap tiga jam sekali. Kini di usianya yang keempat, Daffa belum bisa duduk, belum bisa berjalan, apalagi berlari. Tidak cukup sampai disini, sekitar satu tahun lalu, Desi Ibunda Daffa pun terserang virus GBS. Masyaallah ..saya tak bisa membayangkan bagaimana Desi harus survive dalam keadaan ini. Desi sendiri harus dirawat di Rumah Sakit dan menjalankan terapi, meninggalkan Daffa yang juga sangat membutuhkan perawatan intensive.  Subhanallah saya katakan kembali, “insyaallah ada jalan” dari sahabat-sahabat alumni SMA-nya bergerak menggalang dana untuk kesembuhan Desi dan puteranya, Daffa. Desi pun masih tetap berusaha bersama rekan-rekan dan keluarganya, memperjuangkan JAMKESDA dari anggota DPRD Tangerang Selatan. Mohon doanya, insyaaallah awal Januari, Desi akan menjalani plasma..

Alhamdulillah, dari pertemuan saya dengan Drg.Silvia Wahyuni, beliau mengundang saya dan aa Ogest untuk hadir dalam sebuah acara talkshow bertemakan “Inspiring Mom” dan mengadakan acara galang dana untuk penderita GBS dan jantung bocor untuk balita. Acara yang akan diadakan tepat pada Hari Ibu tanggal 22 Desember 2011 di FX Senayan dengan pembicara Wanda Hamidah dan Drg. Silvia Wahyuni, serta beberapa Ibu yang ingin berbagi mengenai perjuangannya menghadapi anak-anak mereka yang mendapat penyakit serius. Dalam acara ini, aa Ogest akan menyumbangkana suara dari group PAPAROMANTIC yang dibentuknya. Ia akan menyanyikan lagu-lagu ciptaannya. Sebagai wujud motivasi dan semangat bahwa kelumpuhan bukanlah sebuah halangan untuk berkarya dan menyalahkan tuhan. Ada beberapa artis papan atas yang juga bermurah hati hadir disana untuk meramaikan acara galang dana ini. Kami juga mengharapkan kehadiran rekan-rekan untuk bisa berbagi..untuk anak-anak negeri..agar memperkaya hati ini...

Kasus jantung bocor juga kami temui di ruang ICU anak RSCM, seorang balita berusia enam bulan dan berasal dari keluarga (maaf) kurang mampu yang tak memiliki jaminan asuransi. Saudara-saudaraku, dalam acara galang dana ini, marilah kita saling berbagi, dengan nominal sedikit dari yang kita miliki, sungguh sangat berharga untuk mereka. Dukungan dan doa juga memiliki nilai yang sangat berharga dari kita semua.

Ahmad Syauqi, seorang pujangga Arab mengatakan melalui syair yang ditulisnya..”Ibu adalah sekolah, apabila ia mempersiapkannya, dia mempersiapkan masyarakat yang baik keturunannya. Kedekatan fisik dan emosional seorang Ibu dengan anak yang sudah terjalin secara alamiah mulai dari mengandung, menyusui dan masa pengasuhan. Kasih sayang seorang Ibu yang saya yakini juga merupakan jaminan awal untuk tumbuh kembang anak dengan baik dan aman.

Ibu...Surga memang berada di bawah telapak kaki Ibu. Sebagai surga, seyogyanya seorang Ibu memancarkan kenikmatan, kewangian, kelembutan dan kesejukan dalam eksistensi diri seorang Ibu yang senantiasa memelihara, menjaga, dan merawat anak-anak serta keluarganya.

Energi doa Ibu adalah dahsyat. Allah mendengar doa positif Ibu, ucapan seorang Ibu adalah sebuah doa. Doa Ibu mampu mengubah takdir, kekuatan doa Ibu mampu menolak musibah dan Ibu, tahanlah lisan Ibu dari melaknat anak-anakmu, karena Allah mengijabah segala lisan Ibu...

SELAMAT HARI IBU..22 DESEMBER 2011

Wassalam,


Penulis : Risma Inoy
Di sadur dari Facebook

Shafa menghabiskan hari-hari di kamar ICU anak dengan alat bantu pernafasan yang masih terpasang

Halo Daffa , semoga Allah memberikan kekuatan kepada mu dan juga Ibundamu,Nak.. Nur Rahmah Desiana yang juga terserang GBS

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes