16 Mei 2011

Syakirin dalam Al Qur'an

Barangsiapa yang bersyukur maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia"(QS. An-Naml;40)

Syukur adalah ibadah yang sering ditinggalkan umat manusia, banyak manusia gelisah hidup dalam ketakutan, hidup yang dibayangi dengan hal–hal yang tak menenteramkan hatinya, sehingga tidak mampu menikmati yang telah diberikan kepadanya, itu semua karena tidak kenal arti syukur pada Allah ta'ala. Rosululloh SAW pernah bersabda bahwa orang yang paling bersyukur adalah yang memiliki sifat qona’ah, orang yang menerima pemberian Allah, orang yang miskin selamanya adalah yang tak pernah mensyukuri nikmat Allah.

Dalam QS. Luqman ayat 12, Alloh ta'ala berfirman tentang hambanya yang sholeh yaitu Lukman;  "Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri.”

Sifat syukur dalam kehidupan seseorang sangatlah penting karena hidup dengan mengedepankan sifat syukur akan melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam hidupnya, dan dapat membentuk sumber daya manusia yang arif lagi bijaksana serta menjadi syifa ul-linnas(sebagai penawar bagi manusia). Sifat syukur hanya lahir dari hati nurani dan kesadaran seseorang yang sudah terbentuk sejak dini dan biasa merealisasikan dalam tradisi yang baik kapan dan dimana pun berada.

Sifat syukur dapat memotivasi seseorang dalam memperoleh keberhasilan baik di dunia maupun di akhirat, Mengapa? Sebab dengan mengedepankan sifat syukur, seseorang akan punya sportivitas, profesionalitas yang proporsional dan pada akhirnya akan melahirkan sifat solidaritas/kesetiakawanan amal shalih dan akhlak yang mulia.

Secara bahasa syukur adalah gembira (suka cita), adapun secara istilah maksudnya adalah mengetahui segala kenikmatan itu datangnya dari Allah SWT, baik berupa nikmat iman, taat akan ajaran-Nya, dengan selalu memuji ke atas Dzat sang Pemberi semua keperluan hidup, dengan wujud berbakti kepada-Nya yaitu melakukan kewajiban dan meninggalkan segala perbuatan maksiyat, secara zahir ataupun bathin.

Dalam surah Fathir  ayat 3 Allah berfirman: Hai Manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?

Tiga dimensi Syukur
Syukur bisa dikatakan sempurna apabila telah memenuhi 3 kriteria,yaitu:

1.     Mengetahui semua nikmat yang Allah berikan, seperti nikmat Iman, Islam dan ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya sehingga benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung dan senantiasa hadir dalam hatinya, dengan meyakini bahwa kesuksesan dan segala bentuk kemewahan semua berasal dari Allah, kita hanya diberi pinjaman sementara di dunia.

2.  Mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji-pujian seperti alhamdulillah, asy-Syukrulillah atau ucapan lainnya yang mempunyai arti yang sama.

3.     Nikmat Allah yang ada, bukan untuk dirasakan sendiri melainkan untuk berbagi dengan orang lain, seperti sedekah, infaq dan menolong fakir  miskin, itu semua kita lakukan supaya kita selamat dari ujian dan amanah yang kita hadapi di dunia sehingga kelak harta, tahta dan kekayaan kita menjadi penolong besok pada hari penghitungan amal di yaum mahsyar nanti.

Dialog menarik antara laki-laki dengan Abu Hazm:

Apa syukurnya kedua mata?

“Apabila engkau melihat sesuatu yang baik, engkau akan menceritakannya.  Tetapi apabila engkau melihat keburukan, engkau menutupinya”.

Bagaimana syukurnya telinga?

“Jika engkau mendengar sesuatu yang baik, peliharalah. Manakala engkau mendengar sesuatu yang buruk, cegahlah”.

Bagaimana syukurnya tangan?

“Jangan mengambil sesuatu yang bukan milikmu, dan janganlah engkau menolak hak Allah yang ada pada kedua tanganmu”.

Bagaimana syukurnya perut?

 “Bawahnya berisi makanan, sedang atasnya penuh dengan ilmu”.

Syukurnya kemaluan?

“Abu Hazm kemudian membacakan Al-Quran surah Al-Mukminun ayat 1-7”.

Bagaimana syukurnya kaki?

“Jika engkau mengetahui seorang shalih yang mati dan engkau bercita-cita dan berharap seperti dia, dimana dia melangkahkan kakinya untuk taat dan beramal shalih semata, maka Contohlah dia. Dan apabila engkau melihat seorang mati yang engkau membencinya, maka bencilah amalnya. Maka engkau menjadi orang yang bersyukur.”
 
Abu Hazm menutup jawabannya, “Orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa dibuktikan dengan amal perbuatan dan sikap, maka ia ibarat seorang punya pakaian, lalu ia pegang ujungnya saja, tidak ia pakai. Maka sia-sialah pakaian tersebut.”

Keutamaan bersyukur:
1.     Allah akan ingat kepada orang yang senantiasa bersyukur.
2.     Akan terhidar dari sifat-sifat ingkar kepada Allah SWT.

Syukur adalah keterbukaan hati, lahir dari kegembiraan, karena melihat kemurahan, kebaikan, kasih sayang, karunia dan semua nikmat-Nya. Shalat merupakan perwujudan syukur, sebagaimana yang terdapat dalam hadist shahih bahwa Rosululloh SAW melakukan shalat malam sampai kakinya yang diberkahi itu bengkak, itu semua beliau lakukan sebagai wujud tanda syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Dalam riwayat lain disebutkan satu contoh bentuk syukur yang di lakukan oleh Nabi Idris AS, bahwa suatu ketika malaikat mendatangi Nabi Idris, kemudian menyampaikan kabar bahwa Allah SWT telah ridha kepadanya. Kemudian Nabi Idris menangis mendengar berita itu, dan beliau meminta kepada Allah supaya membiarkannya tetap hidup, kemudian ditanya alasannya, beliau menjawab: “Sebelumnya aku beramal untuk diriku sendiri, kini aku ingin tetap hidup, supaya aku bisa beramal untuk-Nya sebagai rasa syukurku atas keridhaan-Nya padaku”. Kemudian malaikat pun membentangkan sayapnya dan berkata: ‘Duduklah! Idris AS pun duduk diatas sayap malaikat, lalu malaikat membawanya naik ke langit.”

Dari kedua riwayat shahih itu, tercermin bahwa syukur sebagai perwujudan amaliyah apabila Allah telah meridhainya.

Dilihat dari sudut lain, lawan syukur adalah kufur. Orang yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah menjadikan murka-Nya. Demikian pula bila dilihat dari quantitas, bahwa sesuatu yang jumlahnya sedikit akan jauh lebih baik dari yang jumlahnya banyak. Dari seluruh manusia, jumlah orang yang beriman tentu lebih sedikit, yang berpangkat wali lebih sedikit dari yang mukmin, dan jumlah para nabi lebih sedikit dari para wali, lalu jumlah rasul lebih sedikit dari jumlah nabi. Begitu pula bahwa orang yang bersyukur itu sangat sedikit jumlahnya, oleh sebab itu baginya kedudukan yang teramat mulia disisi Tuhannya, sebagaimana firman-Nya :
 “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dalam surah Al-Mukminun ayat 78 Allah berfirman: “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.

Berbicara tentang syukur, Allah memberikan satu jaminan kepada kita sebagaimana dalam firmannya surah Ibrahim ayat 7:  “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ayat tersebut memberikan satu pesan yang cukup jelas, yakni apabila kita bersyukur dengan pemberian Allah pastinya Allah akan menambahkan lagi kenikmatan kepada kita, lalu berbahagialah hidup kita.

Namun, seandainya kita mengkufuri nikmat Allah yakni dengan cara tidak mensyukurinya atau menyalahgunakannya, maka kita akan mendapat pembalasan yang berat dan pedih daripada Allah. Mungkin saja pada hari ini kita melihat banyak orang yang mengucapkan lafadz syukur tetapi kehidupannya masih juga tidak bahagia, rezeki datang dan pergi. Ada juga orang yang mengucapkan lafadz syukur, hidup mewah dengan harta, tetapi masih tidak berakhlak dengan perilaku dan sifat seorang Muslim. Akhirnya, ia juga akan mendapat balasan dari Allah.

Atas sebab itu, konsep syukur yang sebenarnya harus kita fahami dengan jelas. Imam Ghazali, seperti dalam karya tulisnya Ihya’ Ulum al-Diin menyatakan bahwa syukur itu harus ada tiga elemen. Elemen pertama adalah ilmu, elemen kedua adalah perasaan dan elemen ketiga adalah amal.

Untuk seseorang itu benar-benar bersyukur, perkara pertama yang perlu ada adalah ilmu. Ilmu yang perlu ada itu terbagi kepada tiga bagian. Pertama, seseorang itu perlu ada ilmu tentang nikmat itu sendiri. Hakikat tentang nikmat itu perlu diketahui. Ilmu tentang nikmat ini akan membolehkan seseorang untuk memahami nilai nikmat tersebut dan seterusnya menghargai nikmat itu.

Kedua, seseorang itu perlu ada ilmu tentang siapa yang memberi nikmat. Dalam soal ini, pastinya Yang Maha Memberi Rezeki, Yang Maha Pemurah, adalah Allah SWT. Seseorang itu perlu mempunyai ilmu Tauhid yang kokoh. Dengan mengenali Allah, seseorang itu akan memahami bahwa setiap sesuatu itu datangnya dari Allah, dan adalah merupakan hak milik Allah semata-mata. Setiap satu kejadian itu adalah datangnya dari Allah, walaupun mungkin saja nikmat itu disampaikan melalui perantaraan makhluk-Nya.

Ketiga, seseorang itu perlu ada ilmu tentang siapa yang mendapat nikmat tersebut. Dalam konteks ini, yang menerima nikmat adalah diri kita sendiri sebagai hamba Allah. Memahami hakikat bahawa kita ini adalah hamba dan makhluk Allah, kita pasti akan merasa hina dan sangat rendah di hadapan Allah.

Elemen yang kedua untuk bersyukur pula adalah perasaan. Apabila menerima sesuatu nikmat itu, seseorang itu haruslah mempunyai perasaan gembira, bahagia. Bagaimana mungkin seseorang itu hendak bersyukur seandainya ia tidak mengalami rasa apa-apa apabila menerima sesuatu nikmat itu? Perlu difahami juga bahwa perasaan bahagia dan gembira ini bukan berpusat kepada kesenangan atas nikmat yang kita peroleh, tetapi lebih kepada perasaan bahagia dan gembira karena mendapat satu nikmat dariTuhan Yang Maha Agung! Perasaan ini hanya mungkin timbul apabila ilmu tentang tiga perkara yang disebutkan tadi telah dimiliki.

Yang terakhir, elemen ketiga dalam bersyukur pula adalah amal, yakni perbuatan. Setelah seseorang itu mempunyai ilmu dan pemahaman tentang perkara yang disebutkan tadi, seterusnya mengalami perasaan bahagia, gembira dan berterima kasih, syukur tersebut perlulah dimanifestasikan melalui perbuatan. Dalam hal ini, seseorang  perlu menggunakan nikmat yang telah diperolehnya untuk mendekatkan dirinya dengan Allah, yakni zat yang telah memberikan nikmat tersebut.

Dari Abi Yahya, Shuhaib bin Sinan ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh mempesona urusan orang yang beriman. Karena semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kebaikan, dia akan bersyukur, (karena) hal itu adalah yang terbaik baginya. Jika ia mendapatkan kesulitan, maka dia bersabar, (karena) dia tahu bahwa hal itu adalah yang terbaik baginya.” (HR. Muslim)

Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantaranya adalah sebagai berikut :
 
1. Bahwa orang yang beriman memiliki cara pandang yang positif “positif thinking”. Karena apapun kondisi yang menimpanya, ia akan selalu menanggapinya dengan positif (baik). Ketika mendapatkan kebahagiaan, ia akan bersyukur (mengembalikan kebahagiaannya tersebut kepada Allah). Karena ia tahu, hal itu merupakan hal terbaik yang Allah berikan kepadanya. Sementara apabila ia mendapatkan musibah, atau suatu kondisi yang tidak menyenangkan, maka ia pun bersabar. Karena ia tahu, pasti ada hikmah mendalam yang ingin Allah berikan kepadanya, di balik musibah yang menimpa dirinya. Dan sifat seperti inilah, yang menjadikan manusia mendapatkan kemuliaan, atau dalam bahasa hadis diatas diistilahkan dengan “ajaban” (sungguh mempesona).

2. Syukur merupakan cerminan dari sebuah sikap berterimakasih atas segala kenikmatan yang telah dianugerahkan oleh Sang Khaliq. Rasa terima kasih tersebut diimplementasikan dalam bentuk beribadah kepada Allah SWT. Seperti yang telah di jelaskan dalam sebuah riwayat dari Aisyah tentang ibadah Nabi SAW.

Karena, dilihat dari segi bahasa, syukur berarti ( الزيادة ) bertambah. Sedangkan dari segi istilah, syukur adalah ( القيام بطاعة المنعم ) “sebuah upaya untuk mentaati Sang Pemberi ni'mat (Allah SWT).” Sehingga implementasi syukur dalam kehidupan adalah dengan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Dan dengan syukur akan menambah ni'mat.

3. Syukur merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap muslim. Dan demikian pentingnya syukur, hingga Allah SWT menyebutkan kata syukur sebanyak 75 kali dalam Al-Qur'an. Syukur juga merupakan jalan yang akan ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir". (QS. Al-Insan: 3)

4. Syukur dilakukan dengan tiga hal, pertama syukur dengan hati, yaitu dengan 'meyakini' bahwa segala kenikmatan merupakan anugerah dari Allah SWT. Kedua syukur dengan lisan, yaitu mengungkapkannya dengan maksud memuji Allah SWT, minimal dengan mengucapkan alhamdulillah, dan ketiga syukur dengan anggota badan, yaitu dengan menfungsikan seluruh anggota badan untuk mentaati Sang Pemberi Kenikmatan, yaitu Allah SWT (dengan beribadah kepada-Nya).

5. Syukur memiliki banyak sekali keutamaan, diantara keutamaan bersyukur adalah sebagai berikut:

a.Bersyukur berarti melaksanakan perintah Allah SWT. Allah berfirman : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.” (QS. Al-Baqarah : 152)

b. Bahwa suatu kaum yang bersyukur, akan selamat dari azab Allah SWT. Allah berfirman: "Allah tidak akan akan mengazab kalian, jika kalian bersyukur dan beriman. Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa': 147)

c. Allah akan menambah kenikmatan-Nya terhadap orang-orang yang bersyukur:
"Dan ingatlah juga tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingakari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahmi : 7)

d.Syukur merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah SWT. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni`mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS An-Naml : 40)

e.Bahwa dampak positif dari bersyukur akan kembali kepada dirinya sendiri, yaitu berupa kebaikan yang banyak : "Dan sesungguhnya Kami telah berikan hikmat kepada Luqman (yaitu), 'Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendriri. Dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman: 12)

6. Diantara bentuk bersyukur adalah dengan berzakat dan bersedekah, apabila sesuatu yang disyukuri adalah rizki yang bertambah. Maka, jangan pernah lupa untuk mengeluarkan zakat 2.5%, atau juga infak shadaqah lainnya. Karena indikator syukur pada rizki adalah pada zakat, infak dan shadaqah : "Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur". (QS. An-Nahl: 14)

Wallahu A’lam Bis Shawab




2 komentar:

Korap Cak mengatakan...

terima kasih paparan tentang SYUKUR - mohon berkenan untuk idsebar luaskan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Mya kepada penulis.

Burhan Ali mengatakan...

Terima kasih sudah berkunjung. semoga bermanfaat, silahkan untuk di share agar lebih luas manfaatnya...

Posting Komentar

terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes