30 Jan 2012

Download Nasyid Maulid Nabi

Robi'ul Awal Bulan penuh dengan kenangan bahkan bulan yang menurut sebagian ulama adalah bulan yang paling mulya dari bulan-bulan yang lain. Kenapa? Karena pada bulan ini Seorang Nabi dilahirkan ke dunia untuk membawa ajaran Islam. Membawa cahaya terang bagi ummat manusia. Yaitu Nabi Muhammad SAW. Dilahirkan di kota Mekkah pada tanggal 12 Robi’ul Awal.

Di bulan Robiul Awal ini, sepantasnyalah kita mengingat sejarah Nabi Muhammad. Termasuk juga memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Membaca shalawat artinya adalah mendoakan nabi Muhammad SAW agar Allah senantiasa memberikan rahmat atau kasih sayangNya kepada Nabi. Berikut akan saya berikan sekilas tentang keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW :

Perintah Allah dengan FirmanNya : Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat pada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bacalah shalawat dan salam pada nabi dengan sesungguhnya.

Hadits nabi : Rosulullah bersabda : Barang siapa membaca shalawat untukku satu kali, maka Allah akan bershalawat ( memberikan rahmat ) untuknya 10 kali. Siapa yang membaca shalawat untukku 10 kali maka Allah bershalawat ( memberikan rahmat ) 100 kali. Siapa yang membaca shalawat untukku 100 kali maka Allah akan menulis di antara kedua matanya kebebasan dari Munafik ( orang kafir berpura-pura Islam padahal hatinya tidak ), akan dibebaskan dari api neraka, dan ditempatkan nanti di hari kiamat dengan kelompok orang yang mati syahid.

Nabi bersabda : bacalah shalawat untukku karena bacaan shalawatmu akan menjadi penebus dosa-dosamu dan akan menjadi kesucian untukmu. Siapa yang membaca shalawat untukku satu kali maka Allah akan memberikan rahmat dan kasih sayangNya 10 kali lipat.

Masih banyak hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Marilah kita bershalawat untuk Nabi. Semoga kita akan mendapatkan syafaat-syafaatnya baik di dunia dan akherat. Amien Amien ya Mujibassailin.

Bagi yang mau mendengarkan Nasyid-nasyid seputar Maulid Rosululloh saw.  dan nasyid sebagai bentuk kecintaan pengikutnya bisa di download disini : http://alsunna.org/Mawlid-Celebration-Nasheed-anaashyd-en-mwald-aalnby-mHmd.html

 Semoga bermanfaat.


Salam dari pecinta Rosululloh Sholallohu 'alaihi Wasallam.

20 Jan 2012

Aksi Bakar Diri Mendapat Respon Dari Ulama

Aksi bakar diri yang terjadi di Rabat, Ibu kota Maroko, Kamis (19/1/2012) yang dilakukan oleh pria Maroko yang merupakan bagian dari gerakan "sarjana pengangguran", sebuah perkumpulan yang longgar dari asosiasi di negeri itu yang dipenuhi jutaan lulusan universitas yang menuntut pekerjaan. Telah menarik perhatian sejumlah Ulama Maroko, diantaranya Syeikh Abdulloh Nhari yang disampaikan di Masjid At Tawwabiin, Kota Oujda, di wilayah bagian utara-timur Maroko .
Dalam Ceramahnya, Syeikh Nhari mengatakan bahwa aksi bakar diri merupakan aksi dari orang-orang yang telah berputus asa, dan itu termasuk perbuatan  bunuh diri yang sangat di benci Alloh, perbuatan bunuh diri bisa mendatangkan kemarahan dari Alloh Tuhan Semesta Alam.

Berulang-ulang Syeikh Nhari menyatakan, "Haram bagimu wahai pemuda membakar diri !!"

 
 
Dalam Al-Quran disebutkan beberapa ayat yang menjelaskan tentang perbuatan orang-orang yang berputus asa :

"Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat". (Q.S. Al Hijr ; 56)

"dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman." (Q.S. Ar Ruum; 36-37)

"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S. Yusuf ; 87)

Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri:

Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”

Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.”

Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh(.

Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.”

Video : Aksi Bakar Diri Sebagai Bentuk Protes Di Rabat


Untuk Mahasiswa Indonesia yang ada di Rabat, dan kota-kota lain di Maroko untuk lebih berhati-hati dengan makin maraknya aksi demo yang semakin menjadi-jadi.


Sebuah video yang dipublikasikan kelompok pendemo secara online memperlihatkan kerumunan orang melemparkan roti melewati kepala polisi ke bangunan dimana sebagian pendemo yang terisolasi di sebuah gedung yang mereka duduki. Sejumlah pemuda di bangunan itu kemudian menyiram diri mereka dengan cairan lalu melompat turun dan mulai mengumpulkan roti-roti itu. Ketika polisi anti-hurahara yang bersenjatakan tongkat bergerak untuk menghentikan mereka, setidaknya dua mereka kemudian berada dalam kobaran api dan mulai berlarian secara liar sebelum mereka dikelilingi para pendukungnya.



Foto-foto yang kemudian muncul menunjukkan kondisi tubuh mereka yang mengalami luka bakar. 

Cara Baru Demo Di Maroko Dengan Bakar Diri

RABAT, Lima pria pengangguran Maroko membakar diri di ibukota Rabat sebagai bagian dari aksi protes yang meluas di negara itu karena minimnya lapangan pekerjaan, terutama bagi lulusan universitas, kata seorang aktivis hak asasi manusia, Kamis (19/1/2012). Tiga dari mereka mengalami luka bakar cukup parah sehingga harus dirawat di rumah sakit. Dan, dari tiga orang yang dirawat itu, dua orang dalam kondisi kritis, sementara dua lainnya hanya pakaiannya yang hangus.

Aksi bakar diri menjadi sebuah taktik protes di Timur Tengah dan Afrika Utara sejak seorang penjual sayur Tunisia membakar dirinya pada Desember 2010 untuk memprotes kekerasan polisi. Aksi tersebut kemudian memicu pemberontakan yang menggulingkan pemerintah Tunisia. Gerakan anti rezim yang berkuasa pun menjalar ke negara lain di kawasan itu.

Para pria Maroko itu merupakan bagian dari gerakan "sarjana pengangguran", sebuah perkumpulan yang longgar dari asosiasi di negeri itu yang dipenuhi jutaan lulusan universitas yang menuntut pekerjaan. Polisi telah sering membubarkan demonstrasi dengan tindak kekerasan dan di sejumlah kota dan desa telah terjadi bentrokan dengan pihak keamanan yang berkelanjutan.

Walau tingkat pengangguran resmi nasional hanya 9,1 persen, angka pengangguran melambung hingga sekitar 16 persen untuk lulusan perguruan tinggi.

Hari Kamis, pemerintah Maroko yang terpilih pada November lalu mempresentasikan rencana baru dengan fokus pada penciptaan lapangan kerja, pendidikan dan perbaikan kesehatan kepada parlemen. Pemerintah yang dipimpin kaum Islamis itu berjanji untuk menciptakan 200.000 lapangan kerja baru dalam setahun melalui investasi pemerintah dan swasta.

Sekitar 160 anggota gerakan "sarjana Pengangguran" itu sudah menempati sebuah gedung administrasi milik Departemen Pendidikan Tinggi di Rabat selama dua minggu terakhir, sebagai bagian dari protes mereka. Para pendukung mereka masih menyuplai makanan sampai dua hari lalu saat pasukan keamanan memutus akses mereka ke bangunan tersebut.

"Pihak berwenang mencegah mereka menerima makanan dan air, maka lima orang keluar untuk mendapatkan makanan dan mengancam akan membakar diri jika mereka dihentikan," kata Youssef al-Rissouni dari Asosiasi Hak Asasi Manusia Maroko.

Sebuah video yang dipublikasikan kelompok itu secara online memerlihatkan kerumunan orang melemparkan roti melewati kepala polisi ke bangunan tersebut. Sejumlah pemuda di bangunan itu kemudian menyiram diri mereka dengan cairan lalu melompat turun dan mulai mengumpulkan roti-roti itu. Ketika polisi anti-hurahara yang bersenjatakan tongkat bergerak untuk menghentikan mereka, setidaknya dua mereka kemudian berada dalam kobaran api dan mulai berlarian secara liar sebelum mereka dikelilingi para pendukungnya.

Foto-foto yang kemudian muncul menunjukkan kondisi tubuh mereka yang mengalami luka bakar. Surat kabar online Goud melaporkan, dua pria mengalami luka bakar tingkat kedua dan akan dikirim ke unit luka bakar di Casablanca.

Aksi bakar diri warga Tunisia, Mohammed Bouazizi, di kota Sidi Bouzid pada Desember 2010 telah menjadi simbol keputusasaan warga miskin di Afrika Utara dan Timur Tengah. Pekan lalu, empat orang lagi membakar diri di Tunisia, termasuk seorang ayah yang punya tiga anak yang akhir meninggal karena luka bakarnya. 


Ini Dia Videonya : Langsung dari atas gedung milik Kementrian Pendidikan Nasional di Rabat, Maroko

19 Jan 2012

Anak Yang Memotivasi Orangtuanya

Berikut ini adalah kisah yang menakjubkan tentang salah seorang anak generasi salaf dan bagaimana upaya mereka di dalam memotivasi orangtuanya agar melakukan sholat malam.

Syaikh Ibnu Dzhafar Al-Maki didalam kitabnya Anba’ Al-Abna halaman 150 beliau berkata, “Ketika salah seorang anak menghafal firman Allah ta’ala, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)” (Q.S. Muzammil: 1-2)

Ia berkata kepada bapaknya, “Wahai ayahku, siapakah yang disuruh Allah –untuk melakukan shalat malam- dalam ayat ini?” Sang bapak menjawab, “Wahai anakku, dia adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Anak itu berkata, “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melakukan apa yang beliau kerjakan?” Sang bapak menjawab, ”Wahai anakku, sesungguhnya shalat malam itu dikhususkan untuk beliau dan ditetapkan baginya bukan untuk umatnya.”

Maka terdiamlah anak itu. Dan ketika ia menghafal firman Alah ta’ala,“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu” (Q.S. Muzammil: 20)

Ia berkata kepada bapaknya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah mendengar adanya segolongan orang yang mengerjakan shalat malam, maka siapakah segolongan orang tersebut?” Bapaknya menjawab, “Wahai anakku, mereka adalah para sahabat –ridhwanullah ‘alaihim-.” Anak itu berkata lagi, “Wahai ayahku, adakah kebaikan yang dapat diraih dengan meninggalkan apa yang diamalkan oleh Nabi dan para sahabatnya?” Sang bapak berkata, “Engkau benar wahai anakku.”

Maka, setelah itu sang bapak bangun di malam hari untuk mengerjakan shalat. Dan pada suatu malam anak itu terbangun dan menyaksikan ternyata ayahnya sedang shalat, lalu berkatalah ia kepada bapaknya, “Wahai ayahku, ajarkan aku bagaimana cara bersuci dan sholat bersamamu.” Bapaknya berkata, “Wahai anakku, tidurlah kembali, karena engkau masih kecil.” Maka anak itu berkata, “Wahai ayahku, pada hari nanti ketika manusia dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan dari pekerjaan mereka, maka aku katakan kepada Rabbku, “Sesungguhnya aku telah bertanya kepada Bapakku bagaimana cara bersuci agar aku bisa shalat bersamanya, akan tetapi ia enggan dan berkata padaku, “Tidurlah kembali karena engkau masih kecil, Apakah ayah ingin seperti itu?” maka Bapaknya pun menjawab, “Tidak, Demi Allah wahai anakku, ayah tidak ingin seperti itu.” Kemudian ia mengajarinya lalu shalat bersamanya.

Subhanallah! Semoga Allah tabaroka wa ta’ala memperbanyak anak-anak kaum muslimin seperti mereka. Allohumma amin.


*Diambil dari buku “Keagungan Generasi Salaf disertai kisah-kisahnya” oleh Jamal Abdurrahman. Penerbit Darussunnah, Jakarta

17 Jan 2012

Perkara Kecil Penyebab Siksa Kubur


Dari Abdulloh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam dahulu ketika melewati dua makam atau kuburan, mendengar suara dua manusia yang sedang disiksa di dalam kuburnya, beliau mengatakan:
“Sesungguhnya kedua orang yang dikubur ini sedang disiksa dan tidaklah keduanya disiksa karena perkara yang besar (dalam pandangan orang). Adapun salah satunya (dia disiksa) karena sebab tidak berhati-hati dari terkena najis saat buang air kecil dan yang lainnya (dia disiksa) karena sebab mengadu domba. Kemudian Nabi saw. mengambil sebuah daun besar yang masih lembab dan membaginya menjadi dua bagian, dan meletakkan satu bagian di atas kubur, dan meletakkan yang lainnya di atas kubur yang lain, dan kemudian berkata : Semoga bisa meringankan keduanya dari siksa sebelum daunnya mengering” (H.R. Bukhori, Kitab Adab)

Dan maksudnya adalah keduanya disiksa dari perbuatan yang kecil di mata manusia tapi itu merupakan perbuatan yang besar dosanya di hadapan Alloh.

yaitu tidak berhati-hati dari terkena najis saat buang air kecil dan karena sebab mengadu domba (namimah).

16 Jan 2012

Moulay Hassan Meresmikan Kebun Bintang Baru

Inilah pemandangan yang diluar kebiasaan, orang-orang besar menciumi tangan seorang anak kecil ketika akan membuka sebuah kebun binatang baru di Rabat, Maroko.

Anak kecil itu adalah Moulay Hassan, Calon pengganti raja di Kerajaan Maroko.

Apa pendapatmu ?

Ketika Imam As-Sudais Berkata : "Istawuu..."


Seorang Da'i menampilkan sebuah pemandangan di Masjidil Haram, Mekah kepada pria amerika. Sebuah pemandangan yang terjadi disekitar Ka'bah, Masjidil Haram, Mekah sebelum melaksankan Shalat Wajib.

Lalu Da'i itu pun bertanya pria amerika : Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk ini, untuk mengorganisir menjadi barisan-barisan yang lurus dan rapat menurut pendapat Anda??!

Ia mengatakan, dua sampai tiga jam

Da'i itupun berkata kepadanya: Di Masjidil Haram terdapat empat penjuru dari ampat arah ?!

Ia mengatakan: Jadi 12 jam!

Da'i berkata : Mereka memiliki bahasa yang berbeda-beda !!

Pria amerika berkata: Mereka tidak bisa memahaminya!
___________________

* Kemudian * waktu Shalat pun tiba

Sheikh As-Sudais Maju kedepan dan berkata: "Istawuu..."

Kemudian semua orang berdiri di barisan yang teratur hanya dalam dua menit, tidak lebih

Betapa besar agama kita, agama yang mempunyai sistem.
___________________

رضيت بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبياً ورسولاً


14 Jan 2012

Kebun Binatang Baru di Rabat, Habitat yang Alami

Sabtu, 14 Januari, 2012

Sebuah tempat wisata kebun binatang baru di Rabat, secara resmi telah dibuka untuk umum Sabtu, 14 Januari. 

Kebun binatang ini memberikan pemandangan yang berbeda dengan menyajikan hewan yang hidup dalam habitat aslinya yang telah disesuaikan dengan sifat iklim sub-benua, untuk memanjakan pengunjung  seolah berada di alam dan satwa liar.

Kebun binatang ini dibangun di atas lahan seluas  50 hektar berdekatan dengan daerah hijau di Rabat. Di pintu masuk utama terdapat patung singa dari Atlas, di samping jalan masuk terdapat frame yang meniru Pegunungan Atlas, kemudian disajikan Singa atlas, domba Barbary, monyet (babon).

Kebun binatang ini merupakan tempat untuk hewan Afrika yang telah disiapkan dengan empat tempat, Seperti Savana yang mana didalamnya terdapat hewan Cheetah, jerapah, badak putih, rusa, burung unta, babun. kemudian tempat rawa-rawa, yang mencakup hewan kerbau Afrika, burung air, buaya, bagian hutan tropis meliputi monyet, dan berbagai jenis burung besar, babi, dan simpanse), dan padang pasir yang menggambarkan alam yang kering, pasir alam dan batu, alam yang mengalami kekeringan dan gersang didalamnya terdapat rusa, kijang, burung unta, kadal padang pasir, dan macan tutul).

Taman Nasional ini telah dirancang untuk membuat pengunjung menikmati kehidupan alam dan satwa liar, dan bergerak dengan bebas dari satu tempat ke tempat lain untuk lebih dekat melihat dan mengamati beberapa hewan, seperti buaya, singa, kuda nil dan lainnya.

Ekosistem yang ada di kebun binatang yang baru dikelola dengan menciptakan kondisi hidup yang sama asal hewan, yaitu, di pedalaman alam dan satwa liar.

Kebanyakan hewan-hewan yang dipilih berasal dari Afrika-Amerika pada umumnya dan sebagian asli dari Maroko.

Maroko telah membangunnya dalam rangka untuk mengembangkan dan menarik ekologi bagi semuanya guna membantu dimensi budaya dan meningkatkan kesadaran lingkungan dan pendidikan.

Di kebun ini juga tersedia beberapa ruang yang memungkinkan pengunjung untuk melihat satwa dalam habitat mereka bergerak bebas dengan memperhatikan kondisi keselamatan dan keamanan.

Harga tiket untuk mengunjungi kebun binatang tersebut sebesar 50 dirham per orang/dewasa dan 30 dirham untuk anak-anak, dan gratis untuk balita usia dibawah empat tahun, dan akan ada diskon  pada waktu-waktu tertentu ( setelah jam 3 sore sampai 5.30 sore) di setiap hari dalam seminggu kecuali Jumat, Sabtu dan Minggu.

Kebun binatang ini dibangun sesuai dengan arsitektur modern dan fasilitas yang meliputi toko-toko, restoran dan tempat istirahat bagi pengunjung, juga termasuk sebuah danau buatan, peternakan dan pusat informasi pedagogi dengan konservasi keanekaragaman hayati dan menyediakan semua sarana hiburan dan penelitian.














10 Jan 2012

Dunia Intelektual Maroko-2

Oleh : Dr. Dedy W. Sanusi*

“Kalau anda mengalami penipisan rasa kebangsaan, cobalah tinggal beberapa lama di luar negeri”. Aku merasa lebih menjadi Indonesia selama di Maroko. Setidaknya, Aku pernah ziarah ke Saudi Arabia, Mesir dan Iran. Dari pengalamanku yang secuil di negeri-negeri ini ditambah obrolan dengan beberapa kawan di Belanda dan Perancis, aku menemukan rasa keindonesiaan begitu kental di kalangan masyarakat Indonesia di luar negeri. Kalau disuruh memilih, terus tinggal di luar atau kembali ke tanah air, aku yakin akan lebih banyak yang mengambil pilihan kedua.

Di luar, kami masih lebih suka berbahasa Indonesia, masih setia makan nasi, senang sekali berkumpul di acara-acara kemasyarakatan Indonesia, lebih memilih makan bakso, rendang, empek-empek, nasi uduk, nasi pecel, mie ayam, mie kocok, sate madura, sate padang dan lain-lain, ketimbang pizza, hamburger, steak, kfc, tagize, harira, kebab, tamis, dan seterusnya. Beberapa kawan justru baru bisa main gamelan, tari saman, pencak silat dll setelah belajar di Maroko. Kalau ada acara hiburan di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), lagu-lagu dangdut selalu meledakkan suasana heboh.

Di Maroko, Aku betul-betul merasakan kehangatan keluarga besar Bangsa Indonesia. Di sini tidak ada sekat-sekat partai politik, organisasi keagamaan, latar kultural, suku dan asal daerah. Semuanya seperti anak ayam yang dirangkul nyaman oleh induk yang bernama Bangsa Indonesia, dengan satu bahasa Indonesia dan membayangkan masa depan di Indonesia. Kami, para mahasiswa Indonesia di Maroko, bergabung dalam satu organisasi PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Maroko. Sejak tahun pertama di Maroko, Aku terlibat aktif di organisasi ini.

Di awal aktifitasku di PPI Maroko, Aku diserahi tugas mengawal Buletin La Mediterranee yang terbit bulanan. Mengawal penerbitan La Mediterranee membuatku memahami simpul-simpul tokoh dan pemikiran Maroko atau, jika diperluas, “al-Garb al-Islami”, satu istilah yang di Maroko lazim dipakai untuk menunjuk wilayah yang mewarisi kejayaan peradaban Islam yang berpusat di Andalusia meliputi Spanyol, Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya dan Mauritania. Selama sekitar setahun mengelola buletin ini, aku merambah hampir semua wilayah keilmuan Islam mulai dari tafsir, hadits, ushul fiqh, filsafat, tasawuf, fiqh siyasah sampai fiqh perempuan.

Dunia intelektual Arab-Islam kontemporer memang mengakui Maroko sebagai gudang para pemikir dan penulis produktif. Sebutlah misalnya, al-Jabiri di kritik nalar, Salim Yafut di epistemologi, Abdul Majid as-Sugair di relasi kekuasaan versus pengetahuan, Muhammad Sabila di modernitas, Abdussalam Benabdelali di filsafat kontemporer, Abdullah al-Arawi di sejarah, Taha Abdurrahman di filsafat bahasa dan akhlak dan Ali Omleil di sosiologi. Aku pernah menulis di Jurnal Islam BK-PPI (Badan Kerjasama Perhimpunan Pelajar Indonesia) se-Timteng dan Sekitarnya tentang pemikiran filsafat di Maroko. Ternyata, hanya dalam empat puluh tahun, Maroko sudah bisa melahirkan pemikir-pemikir berkaliber internasional.

Ini baru di wilayah filsafat. Maroko juga punya futurolog. Namanya: el-Mehdi el-Manjra. Sebenarnya, sinyal tentang benturan peradaban yang membuat dunia goncang sekarang ini lebih dulu muncul darinya ketimbang Samuel Huntington. Hanya visi mereka beda: el-Manjra untuk menghindari, tetapi Huntington untuk mengompori. Dalam prediksinya, masa depan Eropa akan ada di tangan umat Islam. Ia juga mengatakan Arab memerlukan revolusi sekarang ini, sebab jika tidak bangsa Arab akan membayar ongkos sangat mahal karena segalanya sudah terlambat. Tokoh yang lebih banyak menghabiskan usianya di Amerika, Jepang dan Perancis ketimbang di negaranya sendiri ini sangat produktif mengeluarkan karya-karya yang menyerang sengit negara-negara kolonial lantaran penghinaan-penghinaan ekonomi, politik, kebudayaan dan nilai yang gencar mereka lancarkan kepada dunia ketiga sampai sekarang ini.

Tentu anda cukup familiar dengan Fatima Mernissi. Tokoh perempuan ini betul-betul membuktikan jargonnya, “menulis adalah obat awet muda paling mujarab”. Belum lama, ia mendapatkan penghargaan kesastraan dan kebudayaan dari Belanda. Karyanya tak pernah berhenti mengalir. Ternyata tokoh-tokoh perempuan lain, tidak kalah hebat. Kita bisa menyebut misalnya, Raja’ Naji Mukawi, pakar hukum keluarga; Aisyah al-Hijami, pakar ilmu maqashid dan Farida Zamrou, ulama perempuan yang belakangan serius meng-counter karya-karya Nasr Hamid Abu Zayd. Mereka adalah tiga ulama perempuan yang mendapat kehormatan menyampaikan ceramah di Majelis Raja Maroko pada Bulan Ramadlan yang disebut: ad-Durus al-Hasaniyah dengan pembicara tokoh-tokoh ulama dari seluruh dunia Islam.

Kebetulan sekarang ini Aku menulis Disertasi tentang ad-Durus al-Hassaniyah ini dengan fokus pada durus ulama-ulama Maroko. Kalau dulu ketika di Ma’had Aly Situbondo, Aku baru tahu sebatas nama al-Qurthubi, Ibnu al-Arabi Mufassir, Ibnu Arabi Sufi, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun dan as-Syathibi sebagai ulama dari kawasan kejayaan peradaban Islam di Andalusia, kini Aku mengenal semakin banyak nama, pemikiran dan horizon intelektual kawasan ini. Setelah di Maroko, Aku baru mengenal nama-nama ulama semacam Abu Madyan (sufi amali), Qadli Iyadl (muhaddits, mufassir), Ibnu Abdil Barr (muhaddits), Ibnu Athiyah (mufassir), Imam Sahnun (faqih); atau yang lebih belakangan: Abu Hasan al-Yusi (ensiklopedis, salah seorang pensyarah Jam’ul Jawami’), Thahir Bin Asyur (mufassir), Allal al-Fasi (tokoh kemerdekaan dan ensiklopedis keilmuan Islam Maroko); atau yang lebih gress lagi Ahmad ar-Raisuni (pakar maqashid), Muhammad ar-Rougi (Faqih), keluarga Bin as-Shiddiq (keluarga muhaddits, tinggal di kota Tanger), Syekh Hamzah (guru spiritual Tarekat Qadiriyah Butsyisyiah), Ahmad Taufiq (sejarawan) dan masih banyak lagi.

Satu nama lagi yang tidak boleh dilupakan: Ibnu Batutah, petualang besar yang mampir dua kali di nusantara dalam perjalanannya ke China dan kembali ke Maroko. Kisah perjalanannya keliling dunia itu, dituangkannya dalam kitab Rihlah Ibnu Batutah. Kitab ini sekarang menjadi lebih lengkap setelah di-tahqiq oleh Dr. Abdul Hadi at-Tazi, sejarawan Maroko, mantan Duta Besar Maroko di Irak. Apa yang dilakukan oleh Vasco de Gama atau Christopher Columbus untuk kasus Eropa, sebenarnya telah didahului oleh petualangan para pejuang dan ulama Islam. Inilah salah satu sebab, mengapa Islam begitu cepat merambah dunia. Lagi-lagi Maroko menyertakan nama besar dalam bidang ini.

Maka ketika Kepala Pusdiklat Departemen Luar Negeri RI berkunjung ke Maroko, Aku sangat bersemangat mengusulkan lembaga bersama penelitian Islam Indonesia-Maroko. Banyak bukti hubungan Indonesia Maroko tidak sekedar hubungan diplomatik, tetapi intelektual dan keagamaan. Misalnya, kitab al-Ajrumiyah, yang dikarang ulama Maroko Syekh Shanhaji itu, sangat akrab dengan kalangan pesantren di Indonesia. Tarekat Tijaniyah yang berpusat di Fes memiliki banyak pengikut di Indonesia. Ciri khas keberagamaan yang moderat, seimbang dan toleran sama-sama berlaku di Maroko dan Indonesia. Banyak hal yang harus dipelajari bersama untuk menguatkan hubungan persahabatan kedua negara untuk memberikan model Islam yang selalu sesuai dengan perkembangan dunia.

Kalangan perguruan tinggi Islam di Indonesia kelihatannya perlu mulai serius meneliti kekayaan intelektual Islam di Maroko untuk memperkaya studi Islam di Indonesia. Siapa mau memulai?

*Penulis adalah Alumni Mahasiswa Indonesia di Maroko di Qarawiyyin University (DESA) dan Abdelmalek Essaadi University of Morocco (Dr).
Sumber : featuresdedywsanusi.blogspot.com

Dunia Intelektual Maroko-1

Oleh : Dr. Dedy W. Sanusi*

Ketika Aku mendapat konfirmasi lulus seleksi beasiswa S2 ke Timur Tengah dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, Aku seperti terbang. “Terima kasih, ya Allah. Engkau beri hamba jembatan emas ke masa depan”. Aku seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Segera berjumpalitan di kepalaku, angan-angan yang lama terpendam karena situasi pesantren yang tidak memungkinkan aplikasinya.

Aku betul-betul terbang dengan pesawat Gulf Air dari Jakarta ke Casablanca. Selama 16 jam perjalanan udara itu, Aku masih seolah tak sadar, “benarkah Aku bisa kuliah S2 ke luar negeri dengan biaya Negara?”. Aku mulai merunut satu-satu apa yang ingin Aku kejar. Aku ingin terus cerdas secara intelektual. Aku ingin mahir betul berbahasa Arab. Aku ingin lepas dari belitan-belitan kultural yang menghadang pemuaian kapasitas intelektualku. Aku ingin bisa berbahasa Perancis. Aku ingin mendalami pemikiran Islam kontemporer. Aku ingin tahu lebih banyak tentang al-Jabiri. Banyak sekali yang Aku inginkan. Aku tidak pernah ingin hanya sekedar secara formal mendapat ijazah S2 semata.

Memang hanya dua nama yang Aku kenal saat-saat sebelum Aku berangkat ke Maroko: Mohamed Abed al-Jabiri dan Fatima Mernissi. Saat itu, al-Jabiri sedang ramai sekali diperbincangkan di kalangan Intelektual Islam Indonesia. Trilogi Kritik Nalar Arab-nya mendapat apresiasi dimana-mana, terutama di kalangan anak muda NU anti kemapanan. Sementara itu, Fatima Mernissi banyak disebut kalangan feminis Islam karena pembelaannya terhadap kaum perempuan dengan menunjukkan apa yang mereka sebut sebagai sikap misoginis dari teks-teks agama terhadap perempuan.

Aku yang lama di pesantren mengalami semacam kebingungan di tengah dua tradisi intelektual yang tarik menarik. Di satu sisi, setiap terlibat diskusi dengan kawan-kawan mahasiswa di luar pesantren semangat pemberontakan atas rigiditas kaum elit pesantren terasa sangat kuat, namun ketika harus kembali terbenam dalam rutinitas dan pelukan budaya pesantren, semangat itu seperti lahar yang dipendam Gunung Merapi yang tidak jadi meledak. Alhasil, kejutan bisa lolos melanjutkan belajar ke Maroko betul-betul Aku rasakan sebagai jalan keluar amat manis dari kondisi saat-saat ujung Aku di Pesantren yang jauh lebih banyak menggelisahkan ketimbang menenteramkan.

Ternyata, apa yang Aku temukan di Maroko, tidak sepenuhnya seperti apa yang Aku bayangkan sejak awal. Dalam semangat memburu lebih jauh tentang al-Jabiri, pertama kali, Aku terhenyak dengan buku tebal Karya George Tharabsyi, dengan bendera “Kritik atas Kritik Nalar Arab”. Untuk mengkritik satu buku al-Jabiri: Takwin al-Aql al-Arabi saja, George meluncurkan tiga buku. Ia membaca buku al-Jabiri, buku-buku yang dibaca al-Jabiri dan buku-buku yang seharusnya dibaca al-Jabiri tetapi tidak dibacanya. Hasilnya dahsyat sekali, ia menguliti, menunjukkan bolong-bolong dan memberi pikiran tandingan yang melampaui klaim-klaim al-Jabiri dalam Trilogi Kritik Nalar Arab-nya. Semangat awalku menjadi terevisi.

Kesempatan belajar di Maroko memang membuka cakrawalaku luas sekali. Aku tidak hanya bisa membaca al-Jabiri, tetapi juga kontra al-Jabiri; tidak hanya membaca Fatima Mernissi tetapi juga kontra Mernissi; tidak hanya membaca karya-karya yang menyerang Abu Hurairah misalnya, tetapi juga karya selevel yang membela Abu Hurairah. Ternyata, kebanggaan sekedar memberontak yang ramai diadopsi kalangan anak-anak kampus Islam sebelum Aku berangkat ke Maroko, mengidap kelemahan yang sangat fatal. Belum lagi menguasai betul karya-karya tokoh-tokoh acuan untuk memberontak tradisi, karya tandingannya yang tidak kurang mendalam hampir tak tersentuh. Aku yang hampir tergerus arus pemberontakan anak-anak muda itu, harus merevisi pandangan-pandanganku sendiri, menyadari betapa banyak sekali informasi pengetahuan yang belum Aku lahap.

Akupun menyusun ulang langkah-langkah ke depan. “Kecelakaan” diterima di jurusan Akidah Filsafat Universitas Qarawiyyin dari keinginan semula untuk mengambil jurusan Fiqh-Ushul Fiqh, mengantarkan Aku untuk menyusun ulang kepingan pengetahuan filsafatku yang berserak-serak; memberiku kesempatan untuk menimba langsung pengetahuan turats Islam dari ulama Maroko, dosen-dosenku di Fakultas Ushuluddin Universitas Qarawiyyin. Aku belajar Tafsir dari Dr. Idriss Khalifah; Hadits dari Syekh Abdullah Bin Shiddiq; Ilmu Sosial dari Dr. Abdussalam al-Gannouni; Ilmu Kalam dari Dr. Muhammad Benyaisy; Filsafat dari Dr. Abdullah as-Syarif; profil pemikir Islam dari Dr. al-Murabith at-Tirgi.

Aku sangat terkesan dengan kehangatan dosen-dosenku itu. Tidak jarang jika berpapasan mereka dulu yang menyapa kita. Kalau kita punya kepentingan, mereka dengan akan tekun mendengar ‘curhat’ kita. Hampir tidak pernah terdengar kata ‘tidak’, jika kita meminta sesuatu. Bahkan Dr. Abdullah As-Syarif membuka pintu rumah dan ruang perpustakaan pribadinya untuk melayani hasrat keingintahuan murid-murid asingnya dari Indonesia ini. Dr. Bensyaiy, sekali seminggu mengajak kita untuk ikut majelis zikir-nya di Zawiyah Qadiriyah Butsyisyiah. Aku jadi betah dengan suasana yang ramah ini. Berbeda sekali dengan jarak hirarkis yang tebal antara santri dan kiai di pesantrenku sebelum Aku ke Maroko.

Di luar ruang kuliah, Aku terus memantau perkembangan wacana intelektual di tingkat nasional Maroko. Toko buku al-Edrissi di Tetouan atau Darul Aman di Rabat, selalu menjadi langgananku untuk sekedar memantau buku baru, jika tidak tersedia cukup uang untuk membeli. Di samping itu, buku-buku saku seratusan halaman juga ramai dipajang di lapak-lapak koran-majalah pinggir jalan. Sejauh amatanku, intensitas peluncuran wacana baru di dunia intelektual Maroko, cukup tinggi. Selalu saja ada buku baru yang diluncurkan setiap bulan. Lebih dari tiga tahun terakhir, al-Jabiri meluncurkan serial buku “Mawaqif” yang memuat apresiasinya terhadap kejadian-kejadian baru di dunia Arab-Islam dan Internasional. Kita terus bisa bertemu al-Jabiri setiap bulan dengan pikiran-pikiran segarnya lewat serial itu.

Mereka memang berkarya total di dunia yang menjadi keahliannya. Tidak tergoda untuk lompat-lompat ke dunia lain, politik misalnya. Urusan pimpinan tertinggi negara memang sudah final di negeri ini dengan sistem kerajaannya. Namun lebih dari itu, ruang untuk berekspresi tersedia cukup bagus, apalagi setelah Raja Muhammad VI naik tahta, tahun 1999. Lebih dari itu, kesejahteraan dosen juga sangat memadai untuk hidup lebih dari cukup dengan fasilitas yang memadai juga. Rata-rata, dosen PT bergaji 10000 dirham Maroko (setara 10 juta rupiah) dengan pengeluaran 5-6 ribu dirham perbulan. Maka tidak heran jika mereka ‘enjoy’ sekali dengan dunia membaca, meneliti, menulis dan mengeluarkan karya serius dan berkualitas.

*Penulis adalah Alumni Mahasiswa Indonesia di Maroko di Qarawiyyin University (DESA) dan Abdelmalek Essaadi University of Morocco (Dr).
Sumber : featuresdedywsanusi.blogspot.com

Nantikan Novel "Ouhibouki Areta" Dengan Latar di Maroko

Sebuah imajinasi yang menghadirkan keindahan lewat tulisan-tulisan, betapa indahnya pesona Maroko dalam balutan Masjid Hassan II Cassablanca. Masjid yang sebahagiannya menjorok ke laut, dimana lantainya dapat menembus keindahan laut, atap geser otomatis, sinar laser yang menunjukan arah kiblat menghubungkan Masjidil Haram.

Cahaya malam bak emas, seakan menyaingi indahnya gundukan Gurun Sahara. Keindahan salju di kota Michilleffen, seakan membuka tabir cinta yang sempat tertutup oleh sebuah syariat agama. Indahnya persahabatan Indonesia dan Maroko ikut menghidupi hati Asyam dan Areta yang pada akhirnya menyadari bahwa cinta itu tak dilarang syariatnya. cinta adalah urusan hati, dan hati adalah urusan Illahi.

Sebuah Novel Islami yang tak hanya mengangkat kisah cinta ala pujangga Cordova, tetapi menguak sebuah lentera pendidikan islam yang sudah lama tak terjamah lagi. Setiap sudut-sudut ke-eksotikan negeri matahari terbenam ini, nyatanya telah membuat kisah persahabatan dua negara ini tak pernah terbenam.

Nantikan kehadiran Novel Islami "Ouhibouki Areta" dari penulis Risma Inoy. Novel pertama dengan latar budaya dan pendidikan di Maroko sebagai negeri matahari terbenam dan selamat menikmati indahnya raga yang seakan dibawa terbang menginjakkan kaki di pasar malam Djema El-Fnaa, membasuh muka dengan air wudhu di Masjid Hassan dan seakan merasakn berjalan di lorong-lorong sempit Vollubilis sambil menikmati siang hari di tepi Samudra Atlantik...

*Disarikan dari status FB sang penulis Risma Inoy Ummu Jundi

7 Jan 2012

Peran Ibu Dalam Sejarah Islam


Islam sebagai agama mulia, menempatkan posisi wanita sebagai madrasah utama dalam pendidikan di rumah. Ibu, mendapat posisi penting sebagai guru besar pendidikan pertama anaknya, bukan kakek dari anaknya, nenek dari anaknya, bahkan ayah dari anaknya sendiri tapi seorang ibu. Orang pertama yang menyiapkan generasi rabbani.

Islam menurunkan hikmah dan ibrah tentang dominasi peran ibu di dalam rumah, perintah menghargai ibu lebih pertama dititahkan oleh Allah ketimbang ayah. Dalam surah Al Ahqaf ayat 15, Allah ta'ala berfirman,

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".

Jika seorang ibu yang solehah bisa mengasuh 5 anak muslim di keluarganya untuk tumbuh menjadi generasi pembangun agama. Kita bisa hitung berapa banyak generasi emas umat islam yang bisa dihasilkan dari 800 juta perempuan muslim saat ini?

Perihal peran wanita dalam menyiapkan generasi emas Islam, Muhammad Quthb, seorang ulama Mesir yang concern terhadap pendidikan Islam sekaligus pemikir ulung abad 20, dalam bukunya "Ma’rakah At Taqalid" pun menulis,

 “Islam memperhatikan pria dan wanita karena mereka akan menjadi ibu-bapak produk baru. Tetapi Islam lebih memperhatikan wanita, karena wanitalah pembangun hakiki dari generasi. Sedangkan ayah baru menyusul kemudian. Mungkin ayah yang akan mendidik tapi itu nanti sesudah peranan sang ibu. Itulah sebabnya Islam mengusahakan terjaminnya belanja hidup sang ibu, agar ia tidak usah bekerja di luar rumah.”

Kemudian dilanjutkan oleh Muhammad Quthb, dalam sebuah ceramahnya puluhan tahun silam mengatakan,

“Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.”

Peran ibu dalam sejarah islam
Maka itu dalam sejarah Islam, kita melihat bagaimana peran ibu memiliki porsi terbesar dibalik tumbuh kembangnya seorang anak menjadi ulama kelas dunia.

Imam Syafi’i  dan ibunya bernama Fatimah binti Abdullah misalnya, Imam Syafi'i terlahir dalam keadaan yatim, ayahnya meninggal dunia pada saat ia masih dalam kandungan. Ia dibesarkan oleh ibunda yang sangat berhati-hati dalam menjaga diri dari dosa. Ibunda Imam Syafi'i adalah seorang wanita yang sangat wara', yang sangat berhati-hati untuk tidak mendekati hal-hal syubhat sekalipun. Berkat kesucian dirinya yang sangat terjaga, Allah pun banyak mengabulkan doa dan harapan sang ibu. Salah satunya adalah do'anya yang tak pernah putus agar putranya menjadi ahli agama.

Imam Syafi'I dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu sabar. Ketiadaan suami tidak membuat Ibunda Imam Syafi’i menyerah pada keadaan dan melupakan hak seorang anak untuk mendapatkan pendidikan terbaik dalam bidang agama.

Kemiskinan pun tidak lantas membuatnya sungkan “melobi” seorang guru di al-kuttab (Sekolah Mengahafal Qur’an) untuk curhat bahwa dirinya tidak memiliki biaya bagi sekolah Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i lantas betul-betul memanfaatkan momen belajar yang telah dibuka oleh ketegaran seorang ibu. Bayangkan, Imam Syafi’i sudah hafal Qur’an sejak kecil dan di umur 15 tahun telah diizinkan untuk mengeluarkan fatwa. Subhanallah. Tanpa kehadiran seorang ibu, mungkin saat ini kita hanya mengenal nama Imam Syafi’i sebagai orang biasa, bukan ulama besar fiqh yang kini menjadi Imam Madzhab.

Tak jauh dengan Imam Syafi'i, muridnya yang bernama Imam Ahmad bin Hanbal tumbuh dewasa sebagai seorang anak yatim, tiga tahun setelah kelahirannya, ayahnya, Muhammad bin Hanbal, wafat. Sejak saat itu, Ahmad bin Hanbal dibesarkan oleh Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asy-Syaibaniy. Ibunya berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau. Untungnya, sang ayah meninggalkan untuk mereka dua buah rumah di kota Baghdad. Yang sebuah mereka tempati sendiri, sedangkan yang sebuah lagi mereka sewakan dengan harga yang sangat murah.

Meskipun hidup dalam keadaan yatim dan dalam lingkungan keluarga yang miskin, namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah, sejak kecil Imam Ahmad telah memulai riwayat pendidikannya. Dalam suasana serba kekurangan, beliau gigih menuntut ilmu, sehingga dalam usia 14 tahun beliau telah menghafal Al-Qur’an keseluruhannya. Karena kecintaannya yang mendalam terhadap ilmu, beliau memulai safari ilmiahnya sejak berusia 16 tahun. Beliau pergi ke Makkkah, Madinah, Syam, Yaman, Basrah dan negara-negara lain untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi..

Sang ibu banyak membimbing dan memberi beliau dorongan semangat. Tidak lupa dia mengingatkan beliau agar tetap memperhatikan keadaan diri sendiri, terutama dalam masalah kesehatan. Tentang hal itu beliau pernah bercerita, “Terkadang aku ingin segera pergi pagi-pagi sekali mengambil (periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera mengambil pakaianku dan berkata, ‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai adzan berkumandang atau setelah orang-orang selesai shalat subuh.’”

Selain Ibu dari kedua imam besar tersebut, kisah Imam Bukhari sebagai imam besar dibidang hadist bersama ibunya pun patut dicontoh.

Di masa kecilnya, Imam Bukhari menderita penyakit buta mata, sehingga ia tak dapat menikmati kegembiraan seperti layaknya anak lain. Ibunya sangat sedih akan nasib anaknya tersebut, namun tak pernah lelah berharap kepada Allah Subhanaahu wa ta'ala agar bisa lulus dari ujian penyakit itu. Setiap malam sang Ibu rajin melaksanakan shalat tahajjud, dengan permohonan khusus tak henti-hentinya agar Allah menyembuhkan penyakit Bukhari kecil. Berkat kesabarannya berdoa dan keyakinannya yang kuat akan bantuan Allah, akhirnya Allah pun mengabulkan permohonannya dan memberikan kesembuhan sehingga Bukhari bisa melihat kembali. Kesembuhan yang kelak mengantarnya menjadi perawi hadits terpercaya.

Para ulama dan imam besar, umumnya mampu menghafal al-Qur'an di usia sangat belia. Keberhasilan seperti ini tak akan mungkin tercapai tanpa peran orang tua yang serius mendidik mereka sedari dini, khususnya ibu yang sangat dekat dengan anak-anaknya.

Sayyid Quthb pun demikian. Ketika ditanya tentang masa kecilnya, Ulama Mesir itu hanya bisa berujar, “Setiap aku bermain, tidak ada suara yang kudengar selain tilawah Qur’an yang dibawa oleh ibuku”. Ibu seperti itulah yang melahirkan generasi penghafal qur’an dan generasi berperadaban, baik Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Aminah Quthb, Hamidah Quthb.

Konsep Ibu yang paralel dengan pembinaan generasi berperadaban inilah yang tidak kita temui dalam agama-agama lainnya, seperti Yahudi maupun Kristen. Mereka memang berbicara tentang perempuan, tapi bukan perempuan yang melahirkan peradaban. Sedangkan Islam mengajarkan dan menempatkan perempuan sebagai seorang ibu mulia yang melahirkan generasi emas pembangun peradaban.

* Di tulis dalam rangka mengisi kolom di buletin Sayyidul Ayyam edisi VI terbitan PPI Maroko.

6 Jan 2012

Khutbah Jumat : Renungan Hari Akhir

"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar."

Jamaah Jum'at yang dimuliakan Allah,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib mengingatkan utamanya kepada diri saya pribadi dan juga kepada jama’ah pada umumnya, untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah, dalam segala keadaan dan waktu.

Ketahuilah, tatkala Umar bin Khathab Radhiallaahu 'anhu bertanya kepada shahabat Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu tentang takwa, maka berkatalah Ubay: “Pernahkah Anda berjalan di suatu tempat yang banyak durinya?” Kemudian Umar menjawab: “Tentu” maka berkatalah Ubay: “Apakah yang Anda lakukan”, berkatalah Umar: “Saya sangat waspada dan hati-hati agar selamat dari duri itu”. Lalu Ubay berkata “Demikianlah takwa itu” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal. 55).

Demikianlah takwa yang diperintahkan oleh Allah dalam kitabNya yakni agar kita senantiasa waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga dalam ucapan-ucapan kita, oleh karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali berdasarkan ilmu.

Selanjutnya khatib mengajak jamaah sekalian untuk bersholawat dan salam kepada pemimpin kita, teladan kita... imamul muttaqin, nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Hadirin Jamaah  jumah rahimakumulloh
Sudah beberapa hari terakhir kita telah meninggalkan Tahun 2011 yang berarti maknanya tahun itu telah berlalu dan akan dilupakan, sementara tahun baru 2012 yang sedang kita injak saat ini oleh banyak orang, yang memaknainya dengan harapan baru, Ada yang memaknainya dengan tahun perubahan, tahun keberuntungan, tahun intropeksi diri, tahun... dan tahun.. dan selanjutnya.

Namun, dari dulu, sampai pergantian tahun ini, tak ubahnya manusia, ada yang bahagia dengan kelahiran, ada yang sedih dengan kematian, ada yang menikah, ada yang bercerai, ada yang bahagia dengan hidupnya, ada yang sedih dengan nasibnya, ada yang suka karena gajian ke 13, ada yang sedih karena harus bayar kontrakan, ada yang sehat dan ada pula yang sakit, ada yang kecil masuk sekolah, ada yang tua masuk ke liang lahad dan seterusnya.

Hari-hari itu terus berputar diantara manusia, ada saat datang, ada waktu pergi, ada saat menerima tahta dan ada pula yang harus menyerahkan semua tahta, hari-hari itu terus diputar diantara manusia dan hidup sebenarnya hanya sekedar menunggu giliran, yaitu giliran ajal.

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya 
Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (QS. Ali Imran 140)

Sesungguhnya tahun-bulan-minggu, dan setiap masa, hanyalah pengantar kita ke liang lahad, seperti iring-iringan orang yang mengiringi kepergian jenazah pergi ke liang lahad.

Mari jadikan tahun-tahun kedepannya menjadi tahun yang lebih baik dan paling baik, dengan mengisinya  mencari bekal menuju yaumil hisab. Ingatlah "Sebaik-baik bekal hanyalah takwa"

Yaitu sebuah bekal dihari ketika tidak berarti lagi kekayaan bagi pemiliknya di hadapan tuhannya, dan hari ketika tidak berarti lagi penyesalan bagi orang yang menyesal di kemudian hari.

Dan sesungguhnya takwa adalah perhiasan bagi seorang hamba, dan sebaik-baik pakaian baginya.

" Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat." (QS. Al A'raf ; 26)

Ma'asyirol Muslimin wa zumrotal Mu'minin Rohimakumulloh
Sesungguhnya dengan bergantinya tahun ke tahun berikutnya, menandakan keberadaan kita dengan hari kiamat semakin dekat, Belumkah kita mendengar Firman Alloh ta'ala :

"Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya". (Q.S Al Ahzab: 63)

Dan Rasulullah saw sendiri bersabda: "Aku diutus sebelum kedatangan Hari Akhir sebagaimana jari telunjuk ini mendahului jari tengahku. ” (HR Muslim(

Apakah hari kiamat itu, Alloh menjelaskan dalam firmannya:
"hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? tahukah kamu Apakah hari kiamat itu? pada hari itu manusia adalah seperti  kupu-kupu yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan."
"
 Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka".(QS. Al Kahfi :47)

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat.
Pada hari itu Allah SWT mencabut gunung-gunung dari permukaan bumi, sehingga hancur menjadi debu lalu diterbangkannya debu-debu gunung itu ke udara sebagaimana Tuhan menerbangkan awan. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

"Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan" (Q.S. Al Waqi'ah: 4-6)

Dan kala itu Keadaan permukaan bumi nampak polos, bumi ini rata, bangunan tinggi yang sekarang ada akan hancur, gunung-gunung akan  rata menutupi semua yang telah disombongkan manusia. Tidak ada lagi sisa-sisa benda peradaban manusia, di atas permukaan bumi itu, tidak ada pohon-pohon kayu, sungai-sungai, dan laut yang selama ini terdapat di permukaan bumi.

Rasulullah saw menceritakan pula keadaan hari yang dahsyat itu sebagaimana : Diriwayatkan dari `Aisyah ra dia berkata: "Aku dengar Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat itu manusia dikumpulkan (ke padang mahsyar) berkaki telanjang, bertelanjang bulat lagi tidak berkhitan. Aku lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah antara laki-laki dan perempuan saling melihat satu sama lain? Rasul saw menjawab: "Ya, 'Aisyah; urusan hari kiamat itu lebih penting dari melihat satu sama lain." (H.R. Muslim dalam sahihnya)

Jamaah Jum'at yang dimuliakan Allah,
Belumkah kita mendengar Firman Alloh ta'ala tentang hari kiamat : "dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan, mereka Itulah orang-orang kafir lagi durhaka." (QS. 'Abasa; 33-42)


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes