22 Mei 2012

Ailaahun ma'a Allah?


"Adakah tuhan yang lain selain Allah swt.?" itulah kira-kira arti dari judul kita kali ini yang diambil dari potongan ayat Al-Quran pada surat An Naml. berikut penjelasannya

"Katakanlah:` Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia? 

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).

Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).

Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah:` Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar `.

Katakanlah:` Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah `, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. An Naml : 59-65)

Pada ayat-ayat ini terdapat perintah untuk manusia berpikir dan membandingkan mana yang baik antara Allah dengan sesuatu yang mereka sekutukan dengan Allah itu. Sekalipun menurut zahirnya ayat ini menyuruh manusia agar memperbandingkan Allah dengan berhala-berhala, tetapi maksud itu ialah bahwa dengan keterangan-keterangan dan bukti-bukti yang nyata, seandainya orang-orang kafir itu mau menggunakan pikirannya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa Allah-lah yang berhak disembah, bukan berhala-berhala yang tidak mampu berbuat sesuatu itu.

Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah saw membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan:

بَلِ اللّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى وَ أَجَلُّ وَ أَكْرَمُ
Artinya:
"Bahkan Allah lebih baik, lebih kekal, lebih agung dan lebih mulia."

Pada ayat ke 60 dari surat An Naml, Allah SWT menanyakan, yang maksudnya, "Atau siapakah yang menciptakan langit, bumi dan isi yang berada di dalamnya, dan yang menurunkan air hujan dari langit untukmu lalu dengan sebab air hujan ia menumbuhkan kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sendiri sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?"

Ayat ini perlu menjadikan perhatian terutama bagi mereka yang sering mengadakan perjalanan keliling sebagai wisatawan atau lainnya, ketika mereka melihat pemandangan yang indah, seperti kebun raya, kebun binatang, aquarium, berbagai pameran hasil industri pertanian, pertekstilan dan sebagainya mereka harus memandang keindahan alam yang berada di depan dan di sekelilingnya itu sebagai cermin yang terlihat di dalamnya segala keindahan, keagungan dan kesempurnaan Allah Maha Penciptanya. Melihat keindahan alam dengan mata kepalanya dan 'ainulbasirah. Dengan mengamalkan cara yang demikian itu, maka tidak akan putus-putus ingatannya kepada Allah SWT, karena ia setiap melihat makhluk ia melihat Khaliknya, dan bila hal demikian itu telah menjadi kebiasaan dan kebudayaan, maka ia akan merasakan ketauhidan yang murni, bersih dari segala unsur kemusyrikan. Maka patutlah pertanyaan tersebut disambung lagi dengan pertanyaan kedua, yaitu: "Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain?" Jawabnya: "Tidak, sebab hanya Allahlah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. "Hanya sebenarnya orang-orang yang menyembah berhala itu adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Kenapa mereka dikatakan menyimpang? Sebab, jika mereka ditanya: "Siapakah yang menurunkan air kemudian menghidupkan dengan air itu bumi yang tadinya menjawab: "Allah" sesuai dengan firman-Nya:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

 Artinya
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dan langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi, bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah", (Q.S. Al Ankabut: 63)
 
Orang-orang penyembah berhala itu mengakui bahwa berhala mereka tidak dapat menurunkan air hujan yang jadi sebab kemakmuran bumi; mengapa mereka tetap juga menyembahnya?. Karena mereka hanya mengikuti kebiasaan nenek moyangnya saja, walaupun kebiasaan itu tidak sejalan dengan alam pikiran yang sehat.

Pada ayat berikutnya, Allah SWT mengemukakan lagi pertanyaan dalam rangka mengungkapkan kesesatan penyembah-penyembah berhala, yang maksudnya: "Apakah pantas seseorang menyembah berhala-berhala yang tidak memberi manfaat dan mudarat itu, ataukah yang pantas disembah, Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai tempat kediaman bagi manusia dan hewan-hewan, Yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya untuk ini minuman manusia dan hewan-hewan piaraannya dan untuk menyiram kebun-kebun tanamannya dan Yang menjadikan gunung-gunung untuk mengokohkan bumi yang banyak mengandung kemanfaatan dengan adanya hutan-hutan di atasnya dan berbagai logam dan mineral di dalamnya dan Yang menjadikan suatu pemisah antara air laut yang asin dan sungai yang membawa air tawar ke muaranya?. Sungai yang tawar itu setelah sampai di laut tidak langsung menjadi asin? "Dalam merenungkan semua kejadian alam itu apakah ada lagi tuhan selain Allah?" Bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui nilai keagungan Allah Maha Pencipta itu, sehingga menyamakan-Nya dengan berhala-berhala yang sama sekali tidak memberi manfaat dan mudarat itu.

Pada ayat selanjutnya masih dari surat An Naml, Allah SWT mengemukakan lagi pertanyaan ketiga dalam rangka menyingkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Kedua pertanyaan sebelumnya mengenai bidang materi, sedang pertanyaan ketiga ini menyangkut kerohanian. Siapakan yang mengabulkan permohonan orang yang herada dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya? Seperti penumpang sebuah kapal di tengah laut yang sedang diserang badai angin taufan yang dahsyat, yang hampir tenggelam, kemudian ia berdoa memohon keselamatan kepada Allah, maka berhalakah yang dapat menyelamatkannya dari bahaya maut, ataukah Allah sendiri? Apakah jika timbul kekacauan dalam bumi, lalu kamu memerlukan seorang Khalifah yang bijaksana, maka adakah tuhan selain Allah yang dapat mengemudikan dan melancarkan pembangunan negara itu? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).

Kemudian pada ayat selanjutnya, Allah SWT mengemukakan pertanyaan keempat dalam rangka mengungkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Yaitu: "Atau siapakah yang memimpin kamu dalam perjalanan yang gelap di daratan dan lautan, ketika kamu tersesat dari jalan yang henar? Bukankah Allah yang menciptakan bintang-bintang di langit yang oleh kamu dijadikan penunjuk jalan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
Artinya:
 
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Q.S. Al An'am: 97)

Dapatkah berhala-herhala yang oleh mereka disembah itu memberi petunjuk kepada mereka dalam kegelapan di darat dan di laut? Tentunya tidak. Kalau begitu, mengapa mereka disembah pula? Dan siapa pulakah yang mendatangkan angin pembawa kabar gembira bagi para petani sebelum turun hujan yang merupakan rahmat besar dari Tuhan? Dapatkah berhala-berhala itu berbuat seperti demikian? Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain? Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan dengan-Nya.

Kemudian Allah SWT mengemukakan pertanyaan yang kelima dalam rangka memperlihatkan keadilan dan ke Esaan-Nya, yaitu: "Atau siapakah yang menciptakan manusia dari permulaanya dalam bentuk yang seindah-indahnya, kemudian mematikannya bila Dia kehendaki, kemudian mengulanginya lagi pada Hari Kiamat, setelah menjadi tulang-belulang, menjadi manusia lagi setelah dibangkitkan dari kuburnya? Dan siapa yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi dengan menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan timbulnya kesuburan tanaman yang buahnya di makan oleh kamu dan binatang ternakmu? Apakah di samping Allah ada lagi tuhan yang lain? Dan setelah Allah mengemukakan lima buah pertanyaan, yang jika diadakan renungan dan pemikiran, pasti akan menjadi bukti tentang kekuasaan dan keesaan-Nya, maka Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw supaya menanyakan kepada orang-orang penyembah berhala itu alasan dan bukti-bukti kebenaran mereka, jika memang mereka itu orang-orang yang benar: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu memang orang yang beriman".

Selanjutnya Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw, supaya menerangkan, bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui perkara yang gaib baik di langit maupun di bumi melainkan Allah Taala sendiri sesuai dengan firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
Artinya:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Q.S. Al An'am: 59) .
Dan firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
 خَبِيرٌ
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Lukman: 34)

Yang dimaksud dengan perkara gaib di sini ialah persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan keadaan dan kehidupan di akhirat dan persoalan-persoalan di dunia yang berada dalam lingkungan perasaan tetapi di luar kemampuan manusia mencapainya. Diriwayatkan dari Masruq dari 'Aisyah beliau berkata: "Barangsiapa yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka ia telah berbuat dusta terhadap Allah, karena Allah Taala sendiri menyatakan:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
Artinya:
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah". (Q.S. An Naml: 65)

Dalam ayat ini disebutkan salah satu di antara yang gaib itu ialah mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan dari kubur, pada Hari Kiamat karena kiamat itu datangnya secara tiba-tiba sesuai dengan firman Allah:

ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً
 Artinya:
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". (Q.S. Al A'raf: 187)

Allohu a'lam bisshowab.

Referensi : Tafsir Depag RI.

"Apakah ada tuhan lain selain tuhan Allah ta'ala?"

Doa Bulan Rajab

اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان
 “Ya Alloh berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada Bulan Ramadhan”
Doa tersebut banyak disandarkan dari Rasulullah SAW, dan dinyatakan sebagai kebiasaan Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab. Hadits yang memuat doa tersebut bertebaran di banyak kitab hadits, namun memang tidak didukung dengan kekuatan sanad yang baik.  Beberapa perawi yang meriwayatkan lafadz doa tersebut antara lain : Imam Ahmad  dalam Musnadnya , Ibn Sunny dalam “Amal Yaumi wal Lailah” , Imam Baihaqiy dalam Syu’abul Iman , Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, dan  AlBazar dalam Musnadnya.

Meskipun ada di beberapa kitab hadits, tetapi sanadnya tidak kuat, khususnya yang ada pada riwayat Imam Ahmad, dimana ada dua nama perawi masing-masing : Zaidah bin Abi Roqid dan Ziyad bin Abdullah, yang dilemahkan oleh imam ahlu hadits. Bahkan tentang Zaidah, seorang imam Bukhori pun menyatakan dengan lugas bahwa ia seorang munkarul hadits.

Hasil akhir penilaian para ulama memang menghukumi bahwa hadits ini adalah lemah sanadnya. Tak kurang Imam An-Nawawi dalam al Adzkar , adz Dzahabi didalam “Al Mizan” dan , Syeikh Ahmad Syakir, Syuaib al-Arnauth, dan Syeikh Albani menyebutkan hal yang sama dan tak jauh berbeda tentang lemahnya sanad hadits ini.

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana dengan fenomena tersebarnya hadits tersebut dan hukum mengamalkannya ?  Untuk menjawab hal tersebut, setidaknya ada dua hal yang bisa kita bahas secara objektif :

Pertama : Tentang Kebolehan Amal dengan Hadits Dhoif
Dalam khazanah pemikiran Islam, hadits dhoif tidak lantas kemudian ditinggalkan begitu saja dan menjadi tidak berguna begitu saja. Namun bisa digunakan khususnya terkait fadhoilul amal, motivasi (targhib dan tarhib), bukan dalam masalah halal haram apalagi keyakinan. Dalam hal ini memang ada perbedaan pandangan di antara ulama. Imam Nawawi dan sebagian ahlu hadits dan fuqoha yang lain memandang kebolehan menggunakan hadits dhoif dalam fadhoil amal.

Ibnu Hajar juga memperbolehkan untuk mengamalkan hadits dhaif dalam bidang targhib dan tarhib, tentu saja dengan syarat yang cukup selektif antara lain : tidak diriwayatkan oleh perawi yang pendusta, bukan termasuk amal perbuatan yang sama sekali tidak mempunyai asal/dasar, dan hendaknya dilakukan dengan tanpa meyakini bahwa hal tersebut adalah diperbuat oleh Rasulullah SAW.

Dengan keterangan di atas, maka melafalkan hadits doa bulan Rajab adalah boleh, sepanjang kita tidak meyakini bahwa hal tersebut benar-benar diucapkan oleh Rasulullah SAW, dan yang terpenting adalah memahami makna yang terkandung di dalamnya, sebagai bentuk motivasi dan pengingatan diri kita akan datangnya Ramadhan. Dan yang jelas, ketika menyampaikan kepada orang lain, hendaknya juga kita tekankan hal tersebut ; bahwa dari sisi riwayat hadits ini lemah, namun dari sisi makna harus kita ambil pelajaran dan motivasinya.

Kedua : Merindukan Ramadhan dengan Doa Mutlak dan Persiapan Amal 
Secara riwayat, hadits tentang doa di atas memang lemah. Namun kita semua pasti sepakat bahwa apa yang terkandung di dalamnya adalah kuat secara makna. Bagaimana tidak ? doa tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah gambaran sekaligus anjuran bagaimana kita menyambut dan merindukan ramadhan, bahkan lebih jauh lagi menyiapkan diri dan banyak hal untuk menyambut kedatangan bulan mulia tersebut.

Semangat dan kerinduan menyambut Ramadhan, adalah gambaran para sahabat secara umum dalam kesehariannya. Ibnu Rajab meriwayatkan bagaimana kondisi para sahabat Rasulullah SAW terkait Ramadhan :
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَبْلُغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.” (Kitab Lathaaiful Ma’arif ).

Maka hal inilah yang harus senantiasa kita utamakan dan ambil inspirasinya. Tidak hanya terjebak dalam lafal doa semata tanpa kesiapan riil dalam amal dan perbuatan. Syeikh Abdul Karim bin Abdulah al-Khudair pernah ditanya tentang seorang yang berdoa dengan “ Allahuma bariklana fi rojab wa sya’ban wa ballighna romadhon “. Maka beliau menjawab dengan tenang : Semoga Allah memberikan pahala kepadanya. Memang hadits (doa) ini tidak kuat, namun jika seorang muslim berdoa kepada Allah SWT agar menyampaikannya bulan Ramadhan, dan memberikan taufiq dalam mengamalkan puasa dan tarawih di dalamnya, dan mendapatkan lailatul qadar, atau berdoa dengan doa mutlak yang lainnya. Maka hal ini insya Allah boleh dan tidak mengapa.

Ibnu Rojab masih dalam kitab yang sama, ketika menjelaskan hadits di atas memberikan pelajaran agung kepada kita : Dalam hadits ini terdapat dalil tentang anjuran berdoa minta panjang usia agar mendapati waktu-waktu yang mulia, agar dapat menjalankan amal sholih di dalamnya. Sesungguhnya seorang muslim tidaklah bertambah usianya kecuali untuk kebaikan, dan sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak amalnya.

Akhirnya, marilah kita tidak terjebak dalam lafadz doa hadits di atas. Yang mengamalkannya hendaknya mengetahui sejauh mana keyakinannya akan kekuatan hadits tersebut. Yang tidak sepakat, hendaknya menyadari ini wilayah perbedaan pendapat ulama sehingga sikap toleransi dan menghormati harus dijunjung tinggi. Dan yang lebih baik dari itu semua, menyiapkan diri dan semangat untuk memasuki ramadhan, tidak hanya dengan lafal doa saja, dan jika pun kita berdoa, maka bisa dengan rangkaian doa mutlak dan umum agar diberikan kesempatan dan kekuatan dalam memasuki bulan Ramadhan yang mulia. Wallahu a’lam.

Riwayat : dari berbagai sumber.

10 Mei 2012

Ketika Matahari diatas Kita...

Hari ini udara diluar rumah terasa sangat panas dibanding sebelumnya. Sengatan matahari terasa kuat, binatang melata dibumi pun bersembunyi dibawah gorong-gorong kehidupan.
Peluh-peluh bercucuran mengalir deras dari si miskin yang tengah mengais rizki dibawah teriknya sinar matahari, peluhnya membuat punggung mengkilap bagai kaca yang disiram air dibawah terik.
Mungkin kini sang surya tengah marah, kepulan asap hitam dari pabrik terus membumbung, pabrik-pabrik tak peduli dengan rumah kecil punya si miskin yang ada disekitarnya. Ia tetap congkak dan sombong kaya si pemiliknya, tak peduli dengan lingkungan sekelilingnya.
Benar, matahari tengah marah, tak seperti biasanya, ia keluarkan setiap energinya, tanpa ampun memebri pelajaran pada manusia-manusia congkak yang tak peduli dengan lingkungan dan alamnya, hingga berimbas pada si miskin itu.
Di bawah pohon yang kumal daunnya tak bisa menghilangkan panasnya terik matahari siang ini, semua dilibas olehnya. Bahkan baying-bayangku pun takut lari dari terik matahari.
Inilah sebagian gambaran dari panas yang kecil di bumi, manusia sudah dibuatnya seperti cacing dalam wajan penggorengan, menggeliat sana-kemari mencari perlindungan.
Belumkah kita mendengar Seperti dalam sabda Rasulullah Saw ; Pada hari kebangkitan tersebut manusia akan dibangkitkan dalam 3 kelompok : kelompok yang berkendaraan, kelompok yang berjalan kaki dan kelompok yang berjalan dengan wajahnya , seorang sahabat bertanya bagaimana mungkin mereka bisa berjalan dengan wajah mereka ya Rasulullah..? Beliau menjawab ; Allah SWT yang menjadikan mereka berjalan dengan kaki, pasti mampu membuat mereka berjalan dengan wajah, Subhanallah....!
Matahari diterbitkan oleh Allah SWT tepat diatas kepala mereka dengan jarak hanya 2 busur sehingga manusia terpanggang oleh teriknya matahari yang intensitas panasnya telah dinaikkan dan keringatpun mengalir deras hingga menggenangi padang kiamat seiring dengan rasa takut yang luar biasa karena mereka akan dihadirkan dihadapan Allah SWT.
Keringat tersebut naik ke badan mereka masing-masing sesuai dengan tingkatan mereka dihadapan Allah SWT. Bagi sebahagian orang keringat akan menggenang mencapai lutut, bagi sebagian lain mencapai pinggang dan bagi sebagian lainnya mencapai lubang hidung bahkan ada sebagian manusia nyaris tenggelam didalamnya.
Kita tidak tahu setinggi apakah keringat kita nanti, karena keringat yang belum kita cucurkan untuk berjuang dijalan Allah SWT seperti melaksanakan ibadah haji, jihad, puasa, sholat di malam hari, memenuhi kebutuhan seorang muslim dan menanggung akibat dari menegakkan amar makruf nahi mungkar, akan dialirkan keluar oleh rasa takut dan malu dipadang kiamat nanti. Subhanaalah..!
Bagi orang yang beriman akan diberikan syafaat oleh Muhammad, syafaat itu berupa:
  • Dipercepatkan pembicaraan dan dipermudahkannya memasuki Surga,
  • Ditambahkan timbangan pahala supaya lebih berat daripada dosa,
  • Dimasukkan ke Surga tanpa hisab.
Manusia yang menerima syafaat di Mahsyar adalah orang Islam yang selalu berzikir, bershalawat kepada Muhammad, ikhlas membantu orang yang sedang kesulitan.

Tujuh orang yang mendapatkan naungan

Di Mahsyar dengan suhu yang sangat panas di hari hisab, tentulah para manusia menjadi bingung dan panik ingin mencari tempat perlindungan. Dan pada hari itulah manusia akan berkata: "Ke mana tempat lari?". Dalam Al-Quran disingkapkan dengan tegas dan jelas sekali perihal keadaan itu sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Qiyamah: 10-11:

"Pada hari itu manusia berkata: "Kemana tempat lari?" Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!" Tetapi dengan kehendak Allah akan terdapat beberapa orang yang mendapatkan naungan, tetapi tidak semua manusia dapat berteduh di bawahnya, itu merupakan rahmat Allah dan naungannya. Ada tujuh orang yang akan mendapatkan naungan dari Allah dengan rahmatNya pada hari yang tiada naungan selain naunganNya ialah :
  • Penguasa/ pemimpin yang adil.
  • Seorang remaja yang mengawali keremajaannya dengan beribadah kepada Allah.
  • Seorang lelaki yang hatinya dipertautkan dengan masjid-masjid.
  • Dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, yakni yang keduanya berkumpul dan berpisah kerana Allah.
  • Seorang lelaki yang ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu ia menjawab: "Sesungguhnya aku takut kepada Allah".
  • Seorang yang mengeluarkan sedekah dan disembunyikan, sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya itu (artinya dia bersedekah dan tidak menceritakan sedekahnya itu kepada orang lain).
  • Seorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang sunyi, sehingga kedua matanya mencucurkan air mata."
Selain itu juga seseorang yang suka membaca al-Quran pada hari akhirat dijamin akan diberikan syafaat ketika memerlukan pertolongan di padang mahsyar. Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah al-Quran, karena pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat kepada para pembacanya." (Hadis riwayat Muslim).


Ketika Kita Harus Memilih…

Mendapat sebuah pilihan bagi sebagian orang merupakan beban tersendiri, takut-takut kalo pilihannya tidak sesuai alias salah pilih. Namun bagi sebagian yang lainnya mendapatkan sebuah pilihan adalah anugrah tersendiri yang patut di syukuri.

Terkadang memang pilihan itu suatu petaka, namun bila disikapinya dengan benar, pilihan bisa berubah menjadi anugerah yang luar biasa.

Kita bisa pikirkan bersama, ketika saya disuruh memilih antara dua universitas yang akan saya masuki untuk jenjang kuliah saya, maka itu lebih baik dari pada kita tidak punya pilihan, malah mungkin kita tidak pernah masuk satupun  universitas yang kita inginkan, karena kita tidak mau memilih.

Ketika saya disuruh memilih mobil mana yang ingin saya miliki, maka itu lebih baik bagi saya dari pada tidak bisa memilikinya.

Satu hal lagi, bila saya disuruh memilih antara dua calon istri, maka saya pasti akan memilih salah satu dari keduanya, asal tidak untuk dua-duanya (bisa-bisa perang dunia diluar sana).

Jadi, selagi kita punya pilihan, maka  pilihlah dengan baik, gunakan akal kita dengan benar. Setiap pilihanmu adalah tanggung jawabmu, jika engkau memilih maka itu adalah urusanmu.

Islam mengajarkan kita untuk solat istikharah. Solat ini dilakukan apabila kita menghendaki sesuatu pemilihan antara dua perkara atau lebih yang mana memohon kepada Allah menunjukkan kepada kita pilihan yang terbaik.

Pilihlah mana pilihanmu, karena itu anugerah bagimu, dan syukuri atas setiap pilihanmu maka nantinya engkau tidak akan dikecewakan oleh pilihanmu sendiri. 

Hidup itu pilihan


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes