10 Jun 2012

Sinopsis : Resensi Novel "Ouhibouki Areta"


“Ouhibouki, Areta”

Berbekal akan  kepedulian terhadap pendidikan islami di Indonesia,  penulis melakukan observasi mengenai kurangnya sosialisasi terhadap pendidikan islam, dimana masih banyak kekeliruan dan ketidakfahaman terhadap tradisi dan modernisasi pendidikan islam menuju milenium baru. Padahal, pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Kajian pendidikan islam nampaknya termasuk kedalam bidang yang belum tergarap secara serius dalam studi islam secara keseluruhan. Karena relatif langkanya kajian-kajian serius mengenai kependidikan islam ini, dapat dipahami bahwa pemikiran kependidikan islam juga tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Salah satu bukti konkrit adalah, ketika kerajaan Maroko yang hingga kini memberikan jatah 15 kursi beasiswa untuk pelajar di Indonesia setiap tahunnya, masih saja tidak terisi dengan sempurna. Padahal ada begitu banyak pemikir-pemikir berkaliber internasional jebolan beberapa Universitas di Maroko yang beberapa kitabnya digunakan di seluruh pesantren di Indonesia, contohnya seperti Al-Jabiri dengan pemikiran kritik nalar nya, Salim Yasfut dengan pemikiran Epistemologinya, Abdul Majid As-Sugair dengan pemikiran relasi kekuasaan VS pengetahuan, Muhammad Sabilla dengan pemikiran modernitasnya, Abdussalam Benabdelali dengan pemikiran filsafat kontemporernya, Abdullah Ar-rawi dengan pemikiran sejarahnya, Taha Abdurrahman dengan pemikiran filsafat bahasa dan akhlak, dan lain sebagainya.

Novel “Ouhibouki, Areta” (dibaca : Uhibuki, Areta ) ini, dimana memiliki makna “Aku mencintaimu, Areta” dalam bahasa Darijah Arabia, bahasa sehari-hari rakyat Maroko, merupakan sebuah novel yang mengangkat dan mensosialisasikan pendidikan islam, juga persahabatan antara Indonesia dan Maroko yang sudah terjalin selama setengah abad lamanya. Ada banyak kisah yang sudah terjalin selama menjadi “Akh Shaqiq”atau sebutan Maroko untuk Indonesia, yaitu saudara kandung.

Novel yang mengambil setting di negeri Al-Maghribiyah ini,  tak hanya mengupas ke-eksotikan setiap sudut Maroko dengan sebutan negeri matahari terbenam, yang memiliki bermacam pancang kuat yang mendeskripsikan betapa agungnya setiap sudut sudut kota di negeri seribu benteng ini. Tetapi juga memuat perjuangan dua insan manusia yang berjuang untuk lebih mempererat tali persaudaraan dua negara dan menjadi motivasi para pelajar di Indonesia untuk berjuang dan membangkitkan semangat negeri dalam rangka memperbaiki citra islam di mata dunia.

            Asyam Bahiir, adalah seorang pengajar di Pesantren Tawalib Putra Padang Panjang, yang lulus seleksi beasiswa S2 di Universitas Mohammad V-Rabat, ibukota Morocco. Ia terkenal sebagai seorang laki-laki yang sangat cerdas dan mempunyai cita-cita luhur, ingin membawa bekal dakwah sesuai dengan obsesinya yang begitu besar yaitu berdakwah membawa kecerdasan intelektual, berkiblat pada ajaran ajaran para pemikir  berkaliber Internasional, jebolan negeri seribu benteng yang disebut juga sebagai negeri matahari terbenam, yaitu Morocco

            Asyam sangat mengagumi Nisrina, seorang wanita yang sangat tegar ketika di tempa ujian berat bertubi-tubi dan membuat hidupnya berantakan. Kekagumannya itu membuatnya ingin menikahi Nisrina, agar supaya ia dapat melindungi wanita itu dari luka dalam kehidupannya. Namun ujian yang dihadapi Nisrina memang tak henti-henti. Menjelang pernikahannya dengan Asyam pun, Allah menguji mereka dengan sebuah takdir yang tak dapat dielakkan. Dari itulah Asyam menganggap bahwa cinta adalah sesuatu yang tak harus di agung-agungkan, karena cinta belum tentu membawa manfaat.

            Prestasi dan karir Asyam yang gemilang di negeri seribu benteng itu, tak lepas dari support Areta, wanita berdarah asli Maroko dan Indonesia, yang juga menerima beasiswa S2 untuk memperdalam ilmu Islam di negerinya sendiri, negeri Al-Maghribiyah. Bersama Areta, Asyam seperti menemukan oase yang berbeda dari seorang Nisrina. Areta yang sangat cerdas, lantang ketika berbicara serta bahasa tubuhnya yang mengagumkan, membuat Asyam memiliki perasaan berbeda yang tak ia sadari. Asyam masih saja menganggap bahwa cinta adalah sesuatu yang dilarang agama. Maka dari itu, ia selalu menepis perasaannya.

            Hubungan bilateral antara Indonesia dan Maroko semakin baik dengan munculnya gagasan-gagasan penting dari seorang Asyam dan Areta. Perlahan, kursi yang disediakan negara Maroko untuk memberikan jatah beasiswa kepada mahasiswa Indonesia, kian menunjukan perkembangan yang baik. Begitu juga pertukaran budaya yang di galakkan oleh Asyam. Banyak dari masyarakat Maroko yang akhirnya menyambut suka cita terhadap seni kebudayaan negara Indonesia. Asyam pun menjadi tokoh yang di kagumi para petinggi kerajaan Maroko dan juga mahasiswa, khususnya mahasiswa Indonesia yang berada di Maroko.

            Hingga akhirnya takdir berbicara lain, banyak hal yang terjadi di luar dugaan dan kehendak manusia. Ketika Asyam menyadari bahwa ternyata cinta itu tak dilarang syariatnya dalam agama, selama tidak melanggar hukum Allah, maka Asyam mulai merasakan dilemma cukup hebat, antara fokus terhadap pendidikan dan karirnya, juga cinta yang tak kunjung hilang, membuat imannya serasa di koyak-koyak. Disinilah pergulatan hati Asyam yang sangat hebat. Pesona Areta dan kesempatan untuk selalu bersamanya, sempat melululantahkannya. Namun karena kekuatan hatinya, Asyam tetap memilih untuk mendedikasikan dirinya dan kembali ke negerinya Indonesia, lalu meninggalkan Areta.

            Ketika segala sesuatu tidak sesuai kehendak manusia, maka Qada dan Qadr lah yang memiliki andil untuk membuat manusia bisa menerima hidup sesuai kehendak sang illahi. Cinta yang tarjadi didalam novel ini pun, merupakan ungkapan hati dari Asyam Bahiir dan Areta yang memang sama-sama mengagumi seorang pujangga asal Cordoba. Cinta tidak dilarang syariatnya dalam agama. Cinta adalah urusan hati, dan hati adalah urusan illahi...

            Dapatkan kisah selengkapnya hanya dengan memiliki novel "Ouhibouki Areta".

Cover novel "Ouhibouki Areta"


[Reportase] Peluncuran Novel “Ouhibouki Areta”: Sajian imajinasi penuh sensasi

Kurang dari seminggu lalu, facebookku di tag seorang sahabat di dunia maya ini. Melalui tautan media jejaring sosial yang marak ini persahabatan kita bisa semakin luas dan cepat. Tanpa mengenalnya terlebih dahulu secara dekat, sahabatku mengirimkan invitation  launching  novel “Ouhibouki…Areta.” 

Terus terang saja, aku belum sepenuhnya mengerti apa yang menarik dalam undangan tersebut. Akhir minggu ini seharusnya aku berada di luar kota tetapi karena satu hal, aku tak bisa memenuhi undangan pernikahan salah seorang kerabat dekat. Singkatnya, ternyata aku lebih di takdir kan untuk hadir di sebuah acara peluncuran novel di bilangan daerah bisnis di Kemang, Jakarta Selatan.

Dalam invitation tersebut disebutkan lokasi yang berlabel Bobby D’s restaurant and bar di lantai 1 The Mansion Shopping Arcade Kemang. Meski tak tepat pukul dua siang, acara peluncuran novel pun dimulai. Dengan dipandu seorang pembawa acara salah seorang personil P. Project, Away, yang berpenampilan mirip seperti A’a Gym cukup mampu memulai acara dengan santai dan penuh canda tawa. Entah disengaja atau tidak, acara hingga akhir pun berjalan penuh keceriaan.

Menempati sebuah restauran yang tidak terlalu luas namun cukup menampung para undangan yang berkisar sekitar mendekati angka seratus orang, acara ini mungkin cukup dibilang sukses bila dipandang dari penuhnya ruangan. Para undangan yang teridri dari beragam usia dan pihak seperti pihak keluarga, kerabat dan handai taulan penulis, sahabat-sahabat, serta para pihak pendukung terbitnya novel ini seperti pihak penerbit, wartawan dari beberapa media juga tampak hadir. 

Setelah dibuka dengan pembacaan doa bersama, acara terus bergulir dengan sambutan dari pihak penerbit yaitu Indie Publishing, kemudian penulisnya Risma el Jundi. Pihak penerbit yang langsung dihadiri oleh pimpinannya, Kang Dhani menjelaskan beberapa latarbelakang mengapa novel ini begitu menarik dirinya. Dalam paparannya yang singkat beliau mengatakan, selain instinct business yang menjadi pertimbangan bahwa novel ini akan sukses dalam debut penjualananya, novel ini begitu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan novel-novel yang sudah ada. Novel Ouhibouki…Areta ini begitu unik kehadirannya karena merupakan novel islami pertama yang disertai dengan original soundtrack. Tentu ini akan menjadi daya tarik tersendiri selain tema yang diusungnya yaitu tema pendidikan, kebudayaan dan persahabatan antara Indonesia dan Maroko yang dibumbui kisah cinta ala pujangga Cordoba.

Penulis novel ini, yang bernama asli Rismawanniati, berprofesi sebagai seorang istri dan ibu dari seorang putra, berkelahiran di Jakarta, berterus terang tentang dirinya ketika mendapat giliran memberikan sepatah dua patah kata dalam acara ini. Ia mengakui bahwa dirinya hanyalah penulis pemula yang beberapa tahun terakhir ini begitu menggemari dunia tulis menulis sambil menjalankan kewajiban sehari-harinya. Waktu luang dalam mengurus rumah tangga terasa berharganya jika terbuang begitu saja secara percuma. Maka ketika ada kesempatan menulis, beliau selalu menyempatkan dirinya untuk terus melatih dan memasihkan kemampuan menulisnya. Beberapa buku antologinya pun telah terbit mengawali karir kepenulisannya. Dan novel ini merupakan naskah yang ditulis dan dibuat dengan segala keterbatasannya ketika dirinya tertarik untuk mengikuti lomba menulis novel islami di salah satu harian ibukota. Dari naskah yang mencapai lima ratus buah, naskah dirinya mampu lolos seleksi hingga masuk 25 besar.

Minggu demi minggu menjadi begitu menegangkan ketika menunggu pengumuman tahap seleksi selanjutnya.  Namun sayang  Dewi Fortuna belum berpihak kepadanya, ternyata naskah ini harus tertahan sampai di 25 besar saja. Hubungan dan pergaulan yang luas akhirnya membawa Risma dengan semangat yang tak pernah padam ini tersulut kembali. Doa dan tahajudnya ternyata memberikan jalan yang tak terduga dari Sang Maha Mendengar. Pertemuan dengan Indie Publishing kembali menggelorakan semangatnya. Pucuk dicinta ulam tiba. Selain keluarga dan kerabat dekatnya yang sangat mendukung agar tulisan novelnya tersebut bisa diterbitkan dengan segala kemampuan yang serba terbatas. Hampir saja Risma tak sanggup meneruskan cerita karena suara dari dalam tenggorokan begitu serak saking terharunya menceritakan proses perjalanan dan perjuangannya dalam membuat dan menyelesaikan novel ini.

Ditengah-tengah acara, hadirin disuguhkan sebuah original soundtrack novel yang merupakan alunan sangat khas dari irama seperti perpaduan musik dari daerah timur tengah dan afrika, alunan musik yang dibawakan oleh Papa Romantic. Kehadiran musik ini ternyata tidak hanya dalam acara launchingnya saja, melainkan benar nyata bahwa lagu tersebut diciptakan sebagai soundtrack novel.

Seorang vokalis, yang biasa dikenal dengan panggilan A’a Ogest Yogaswara menyampaikan bahwa beberapa lagu dan aransemen yang diciptakannya memang benar-benar terinspirasi dari kisah dalam novel ini. Sang vokalis, Ogest menjadi sosok yang begitu menginspiratif bagi yang mengenal dan mengetahui kondisinya. Meski beliau memiliki keterbatasan fisik, sudah tak mampu berdiri sempurna dengan kedua kakinya sehingga memaksa duduk di kursi roda, dan hanya mampu menggerakkan tangan sebelah kiri, keterbatasan nafas, sekitar 20% dari nafas normal, ia mampu menghipnotis hadirin dengan olah vokalnya yang menarik. Selain vokal, ia pun termasuk song writer dari beberapa lagu yang sengaja dipersembahkan dalam bentuk kepingan CD menjadi satu paket karya seni ini. So…pembaca novel ini nantinya akan begitu dimanjakan dengan  menikmati sajian sebuah imajinasi penuh dengan sensasi.

Novel Ouhibouki…Areta, meski ditulis oleh seorang penulis pemula tampaknya tidak dapat disepelekan dari segi ide dan kreatifitasnya. Tentu bukan sekedar latah dan gagah-gagahan dalam menentukan setting alur cerita di dua negara Indonesia dan Maroko. Penulis pastinya memiliki alasan dan latar belakang yang begitu menginspirasinya. Maka tak ayal, sangat membanggakan dalam halaman awal novel ini dilampirkan kata pengantar dari Duta Besar LBBP RI untuk Kerajaan Maroko, Tosari Widjaja. Dalam pengantarnya beliau menggaris bawahi kelahiran dengan pernyataan,”Novel ini tidak semata hiburan di kala senggang. Novel ini juga mengandung semangat melanjutkan perjuangan para tokoh dan ulama besar Indonesia dan Maroko untuk membangun peradaban dunia.”

Ada satu hal lain yang menjadi nilai lebih dari novel ini. Ketika memasuki tahap finishing, naik cetak pihak penerbit dan penulis belum menemukan konsep design cover novelnya. Beberapa design tawaran para design graphic belum ada yang memenuhi kepuasan Kang Dhani, Indie Publishing untuk secara maksimal memberikan dukungannya untuk novel ini. Secara tak sengaja, beliau pun iseng searching google untuk mencari model untuk cover novel ini. Tak tahu alur ceritanya hingga kemudian bertemu dengan seorang gadis cantik pemenang Muslimah Beauty 2011 pemilik nama Dika Restiyani, yang biasa akrab disapa dengan Resti yang kini baru saja menyelesaikan studi S2-nya di Nanyang Technological University of  Singapore dengan konsentrasi studi International Political Economy. 

Dengan proses yang begitu singkat seusai membaca sinopsis dan isi novel ini, Resti pun sempat terkaget-kaget ketika selesai membacanya. Tokoh Areta dalam novel ini begitu banyak kemiripannya, tidak hanya secara fisik  tetapi sampai pada sifatnya pun begitu menyerupai dirinya. Maka ketika dikonfirmasi ia hanya menjawab,”Ini sih gue banget!” ujarnya spontan kepada Kang Dhani dan Risma. Dan tak disangka pula, penulis dan model cover ini begitu nge-kliknya hingga mereka merasa dipertemukan dalam sebuah keridhoan Allah SWT untuk mewujudkan visi dan misinya yang ternyata juga banyak memiliki kesamaan.

Andaikan saja Dewi Fortuna yang dulu datang tak berpihak sepertinya sebentar lagi akan datang menghampiri penulis dan beserta pihak pendukungnya. Kesuksesan tinggallah soal waktu karena bukan suatu yang mustahil jika karya ini mampu menarik pihak produser film untuk diangkat ke layar lebar. 

Kegigihan dalam segala keterbatasan satu persatu telah dilaluinya dalam proses melahirkan suatu karya. Maka kita patut menyambut dengan rasa kekaguman dan bangga karena jejak langkahnya memberikan isnpirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya dengan segala kegigihannya. Dan juga tujuan penulis untuk berharap agar talenta yang diberikan Allah Ta’ala ini kiranya dapat bermanfaat bagi orang banyak dan menjadi ladang amal hidupnya. Seperti doa yang dipanjatkannya tepat di hari yang paling berbahagia dalam hidupnya karena peluncuran novel ini juga bertepatan dengan hari kelahirannya.

Selamat ulang tahun Teh Ima…Semoga sukses dunia dan akhirat!
Salam untuk Mbak Resti ‘Areta’ ya… ;)

Jakarta, 10 Juni 2012






*Di sadur dari catatan reportase mas Akung Krisna.

6 Jun 2012

Launching Novel Islami "Ouhibouki Areta"

Novel Islami pertama yang mengangkat persahabatan abadi antara Indonesia dan Maroko. Juga terselip kisah cinta ala seorang pujangga asal Cordoba.
 
Cover Novel Ouhibouki Areta
Sebuah imajinasi yang menghadirkan keindahan lewat tulisan-tulisan, betapa indahnya pesona Maroko dalam balutan Masjid Hassan II Cassablanca. Masjid yang sebahagiannya menjorok ke laut, dimana lantainya dapat menembus keindahan laut, atap geser otomatis, sinar laser yang menunjukan arah kiblat menghubungkan Masjidil Haram.

Cahaya malam bak emas, seakan menyaingi indahnya gundukan Gurun Sahara. Keindahan salju di kota Michilleffen, seakan membuka tabir cinta yang sempat tertutup oleh sebuah syariat agama. Indahnya persahabatan Indonesia dan Maroko ikut menghidupi hati Asyam dan Areta yang pada akhirnya menyadari bahwa cinta itu tak dilarang syariatnya. cinta adalah urusan hati, dan hati adalah urusan Illahi.

Sebuah Novel Islami yang tak hanya mengangkat kisah cinta ala pujangga Cordova, tetapi menguak sebuah lentera pendidikan islam yang sudah lama tak terjamah lagi. Setiap sudut-sudut ke-eksotikan negeri matahari terbenam ini, nyatanya telah membuat kisah persahabatan dua negara ini tak pernah terbenam.

Segera launching Novel Islami "Ouhibouki Areta" dari penulis Risma Inoy. Hadiri acara launchingnya pada hari Mingggu, 10 Juni 2012 pukul 14.00-selesai di Bobby D's Restaurant and Bar Kemang, Jalan Kemang Raya no.3-5 Jakarta Selatan.


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes