25 Apr 2011

Tongkat Kyai yang Berjalan

Kenitra, 25 April 2011.
Pada kesempatan ini saya ingin menceritakan tentang sahabatku yang sudah lama terpisah. Keinginan bercerita tentang sahabatku yang satu ini muncul tatkala saya dan teman satu kamar sedang ngobrol santai.
Langsung saja tarik surrrrr.....
Setelah sekian lama terpisah sejak kepergianku ke tanah Maghribi ini, tidak pernah lagi mendengar tentang kabarnya, dan melihat kopolosan wajahnya.Tutur bahasanya yang lembut dan selalu menyenangkan lawan bicaranya masih terngiang jelas di telinga. Kebaikan dan lemah lembut perangainya membuatnya banyak dikenang orang termasuk diriku. Dialah sahabat kecilku, teman bermainku, sekaligus saudaraku.

Itmami Durroti yang berarti Intan yang sempurna, biasa dipanggil "Mami". Sesuai dengan artinya, dialah orang yang sempurna, sebuah perhiasan yang patut dibanggkan oleh kedua orang tuanya dan juga sahabatnya, dialah orang yang berperangai lemah lembut, berhati baik, sopan dalam tutur kata, suka menolong, rajin ibadah dan taat pada orang tua serta ta'dzim kepada asaatidz-nya. Sesuai dengan panggilannya "Mami", dialah yang suka melindungi temannya yang lemah, menyanyangi adik-adiknya, dialah yang mempunyai jiwa pemimpin seperti Abu Bakar as-Shidiq, pemimpin yang berperangai lemah lembut dan welas asih.

Orang-orang pasti merasa heran dan bertanya siapakah dia? Benarkah ada orang seperti itu? Benarkah apa yang penulis ceritakan? Apakah hanya dibesar-besarkan belaka?

Itulah yang ku ketahui tentang dirinya. Sahabatku sejak kecil, Mami mungkin tidak seberuntung dengan diriku yang sejak masa-masa bersama, aku sudah dibelikan sepeda motor, punya Hp, sekolah di sekolah unggulan dan kini kuliah diluar negeri. Mami hanyalah orang biasa, sekolah ditempat yang biasa, tiap hari naik sepeda untuk sampai kesekolahnya dan kegiatan tetapnya adalah menggembala kambing.

Ya..! dialah penggembala kambing. Sejak sekolah di tingkat dasar, kami selalu akrab. Kami sekolah di MII Ya Bakii Kalisabuk 02 dan di Mts Minat Kesugihan. Setiap pulang sekolah Mami langsung menggembalakan kambingnya yang berjumlah lima atau tujuh, aku tidak ingat jumlah pastinya. Mami sangat senang kalo kambing betinannya sedang bunting. Berarti sebentar lagi kalo lahir bayi kambing jantan  bertanda kambing jantan yang lebih tua akan segera dijual, sedangkan kalo lahir bayi kambing betina maka akan tetap dirawat sebagai bibit yang nantinya akan melahirkan kambing-kambing lebih banyak lagi. Memang kambing-kambing yang kecil itu sangat lucu, seperti lucunya bayi-bayi hewan pada umumnya yang menikmati dunia dengan tawa bahagia tanpa beban tanggungan. Dan lucu bahagia seperti yang kita rasakan waktu kita kecil dipangkuan orang tua kita dan tatkala main dengan teman sebaya di waktu kecil.

Terkadang saya pun ikut menemaninya menggembala kambing-kambingnya sambil bermain layang-layang bersama disawah pedesaan. Sambil merenung menggembala kambing, akupun terbayang sosok sang penggembala yang mulia 14 abad silam yang aku ketahui dari buku-buku sirah(riwayat) tentangnya, masa kecil seorang pembaharu dunia adalah penggembala  kambing, dimana Rasululloh SAW sebelum beralih profesi menjadi padagang dan diangkat menjadi Rasul utusan Alloh ta'ala. Dulunya Rasululloh adalah penggembala kambing yang menggembalakan kambing penduduk ahli Mekah. Bagaimanakah orang yang paling mulia di dunia ini menggembalakan kambing? Dari situlah aku terus belajar, dari sahabatku pun aku belajar. Bahwa dalam menggembala kambing terdapat pelajaran  yang bisa dipetik yaitu melatih kita untuk bersabar, menggembalakan kambing ibarat seorang pemimpin yang harus bersabar menggembalakan yang dipimpinnya.

Menggembalakan kambing ini seharusnya dilakukan oleh bapaknya, dan Mami seharusnya menikmati dan bermain asyik dengan teman sebayanya. Namun karena ingin berbakti kepada orang tua, Mami pun bersedia membantunya dan pekerjaan ini ia lakukan sampai kami berpisah saat ini. Dan tentunya sifat berbakti kepada orang tua mami ini muncul dari pendidikan yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya sejak dini.

"Mami" biasa ku memanggilnya, adalah saudaraku, kami dipertemukan dalam keluarga sebagai saudara di eyang (kakek). Eyang putri (nenek) dari bapaknya Mami adalah adik dari eyang kakung (kakek) dari bapakku. Jadi, neneknya mami  adalah adik dari kakekku. Itupun baru ku ketahui setelah membaca silsilah keluarga besar "Bani Munawir" dan cerita dari bapakku.

Mami adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara, dari kakak perempuannya Istiqomah(isti), kemudian Qo'id, Abdussalam (adu), Itmami durroti (mami), Nailul, Umu, dan Zuhri. Mereka adalah gambaran keluarga yang hidup sederhana namun rukun, karena merekalah anak-anak yang berbakti kepada orang tua, tidak pernah membantah orang tua dan selalu bersyukur atas apa yang diterimanya (Subhanalloh).

Selain patuh pada orang tua, Mami juga seorang murid yang taat kepada gurunya. Tatkala teman-teman satu angkatan pergi meninggalkan pondok (tempat mengaji) mereka ketika kecil, mami malah memilih untuk tetap tinggal dan mengabdi. Dialah sosok murid yang patut dibanggakan, taat dan ta'dzim kepada gurunya, dan menjadi panutan bagi adik-adiknya. 

"Dialah tongkat Kyai yang berjalan", sering aku melihat ketika pak Kyai sedang dalam keadaan sakit dan tidak sanggup lagi berjalan, Mami-lah yang menuntun pak Kyai jalan perlahan menuju mihrab untuk mengimami shalat berjamaah. 

Dan dilain waktu pun aku sering berujar, "Kalo tidak ada mami siapa yang mau membersihkan masjid ini...?"  Karena memang dialah sejak pertama yang rajin membersihkan masjid, menyapu halaman, menyapu bagian dalam, mengepel, menimba buat air wudlu, membersihkan taicicak yang biasanya jatuh di dalam masjid, semuanya mami lakukan. Memang sebelumnya tugas yang mulia semacam ini telah dilakukan oleh kakaknya yang kemudian menurun kepadanya. Kadang aku dan teman-teman yang lain kalau lagi sadar atau ada peintah dari Bu Nyai ikut membantunya membersihkan masjid.

Semoga Alloh ta'ala memasukkannya kedalam surganya dengan orang-orang yang beriman, karena dialah termasuk orang-orang yang memakmurkan masjid, anak muda yang tertambat hatinya pada masjid rumah Alloh dan anak muda yang suka beribadah serta birrul walidain. (Ba)

Group Band tabuk Sholawat, masa lalu yang masih teringat.

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes