Indonesia, salah satu Negara demokrasi yang berada diwilayah asia tenggara, bagian timur dari benua asia. Sedangkan Maroko adalah Negara kerajaan yang berada di wilayah afrika utara atau bagian barat dari benua Afrika yang sering disebut dengan
Maghribi (negeri matahari terbenam).
Jarak kedua Negara yang melebihi sekitar sepertiga lingkaran dunia tidak menghalangi hubungan kerjasama antara kedua Negara, bahkan hubungan tersebut telah dimulai sejak awal kemerdekaan kedua Negara tersebut. Maroko sering menyebut Indonesia sebagai "Akh Syaqiq"(Saudara kandung) dikarenakan kedekatan antara kedua Negara.
Lebih jauh hubungan Indonesia-Maroko telah terjalin sejak pertengahan abad 14 Masehi ketika musafir terkenal Ibnu Battutah melakukan perjalanan dari Maroko menuju Mesir, India, dan akhirnya tiba di Indonesia di Kerajaan Samudera Pasai, Aceh. Begitu juga Maulana Malik Ibrahim, salah satu sesepuh Wali Songo, yang lebih dikenal dengan nama “Syeikh Maghribi” juga datang dari negara ini.
Pada zaman modern, hubungan diperkuat lagi. Tahun 1955, Maroko turut aktif berperan di Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Jawa Barat. Dan tanggal 2 Maret 1956, Maroko merupakan salah satu negara pertama di Afrika Utara yang meraih kemerdekaan dari kolonial Perancis. Empat tahun kemudian, 2 Mei 1960, Presiden Soekarno tiba di kota Rabat bertemu Raja Muhamad V. Soekarno merupakan presiden pertama yang datang ke negara itu. Ini awal hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko. Presiden Soekarno juga dianggap sebagai pemimpin revolusi dunia yang membangkitkan semangat kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika.
Dari kunjungan Presiden Soekarno dan hubungan persahabatan itulah yang membuat Raja Mohammed V memberi kenang-kenangan khusus bagi Soekarno yaitu penamaan jalan yang mengambil namanya yaitu Rue (jalan) Soekarno di jantung kota Rabat, ibukota kerajaan Maroko.Tidak hanya jalan Soekarno saja yang ada di kota Rabat ada lagi nama jalan yaitu Rue (jalan) Bandoeng dan jalan Jakarta.
Penamaan jalan tersebut juga membuat Presiden Soekarno mengambil nama Casabalanca yaitu kota perdagangan terpenting dan kota pelabuhan di Maroko sebagai nama jalan terpenting dan tersibuk yang ada di ibukota Negara kita yaitu Jakarta. Selain itu kota Casablanca juga adalah sister city-nya kota Jakarta. Kunjungan tersebut juga merupakan awal mulanya pendirian kedutaan besar Republik Indonesia di Rabat yang pada awalnya bertempat di Agdal. Selain itu Warga Negara Indonesia juga dibebaskan visa untuk masuk ke Negara Maroko yang bisa kita rasakan hingga sekarang terutama bagi Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Maroko.
Peristiwa 50 tahun yang lalu itu menjadi batu pijakan pertama yang menjadi landasan penting bagi para pemimpin ke dua negara untuk lebih memperkuat hubungan dan kerja sama Indonesia Maroko, baik di bidang politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan, pariwisata dan kebudayaan.
Dalam hal pendidikan, setiap tahun Pemerintah Maroko menawarkan melalui AMCI (agen kerjasama internasional Maroko) 15 beasiswa kepada Indonesia melalui Departemen Agama. Dan mulai tahun 2010, Kementerian Wakaf dan Urusan Keislaman Maroko telah menyetujui permintaan PBNU untuk memberikan beasiswa khusus untuk putra-putri PBNU sebanyak 10-15 orang setiap tahun guna belajar di institusi pendidikan yang berada dibawah Kementerian Wakaf dan Urusan Keislaman Maroko, khususnya Universitas Qarawiyyin dan Pendidikan Tradisional (at Ta'liim al Atiiq) di masjid Qarawiyyin.
Namun sayangnya jatah yang sudah diberikan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia, dengan tidak maksimalnya kedatangan mahasiswa Indonesia ke maroko sesuai kuota tersebut. Dan juga kurang selektifnya dalam memilih utusan-utusan penuntut ilmu, sehingga tidak sedikit yang kurang maksimal dalam belajar di negeri seribu benteng ini.
Penganut Tariqah yang berkaitan dengan tasawuf pun berkembang pesat di kedua negara. Masing-masing mempunyai tariqah yang sama seperti Tariqah Tijaniyah dan tariqah Budsyisyiah. pengikut thariqah ini di Indonesia sangatlah banyak, Setiap tahun mereka diundang ke Maroko untuk mengikuti Haul dan Muhadarah(pertemuan).
Selain dalam bidang pendidikan, dalam bidang kebudayaan pun kedua Negara telah berpartisi aktif, semakin terlihat jelas ketika Indonesia turut berpartisipasi Dalam Rangka Festival Teatre International untuk Pemuda ke XI di Taza, Maroko, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Rabat, menampilkan Sendratari Ramayana dengan berbagai macam improvisasi alias sedikit menyimpang dari aslinya. Pertama dalam sejarah, kisah Ramayana dipagelarkan dalam bahasa Arab.
Kemudian pada Festival Music Internattional di Fes, Maroko, Dengan dukungan dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Indonesia menampilkan Musik Marawis yang dibawakan oleh Syubbanul Akhyar dari Cirebon, Indonesia. Gaya musik Marawis, warisan budaya sufi Yaman. Sebuah musik di persimpangan musik Arab dan musik Indonesia, segar dan sederhana dalam berekspresi yang terserap dalam music tersebut.
Semoga hubungan bilateral yang telah terjalin oleh kedua negara dapat ditingkatkan dibidang-bidang yang berpotensi seperti pariwisata, investasi, pendidikan dan budaya dengan basis sejarah dalam upaya meningkatkan hubungan antarwarga atau "people to people contacts" yang menghasilkan pengertian yang makin besar diantara kedua Negara, seperti yang telah diharapkan oleh Dubes Tosari Widjaja dalam sambutannya di
resepsi peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia- Maroko.(Ba)
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.