Marilah kita bersama-sama bertakwa kepada Alloh dengan sebenar-benarnya takwa.
اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن إلا وأنتم مسلمون , Takwa dalam artian meningkatkan dan mengamalkan setiap yang diperintahkan dan meninggalkan dari larangan dan yang diharamkan.
Pada kesempatan Khotbah jumat hari ini yang bertepatan dengan hari Gerakan 30 September dan Hari kesaktian pancasila. Marilah kita sama-sama memperbaharui pemahaman kita tentang Arti dari Nasionalisme Islam dalam Negara Pancasila.
Jamaah Jum'at yang dirahmati Alloh,
Sebagai bentuk dari Cinta tanah air, seperti dalam ungkapan "
حب الوطن من الإيمان " atau cinta tanah air sebagian dari iman. Sebuah ungkapan yang tepat untuk sebuah rasa nasionalis. Namun perlu di ketahui, bahwa ungkapan ini banyak yang mengatakan adalah sebuah hadist yang disampaikan oleh Rosululloh SAW. Namun pada hakikatnya seperti yang dikatakan para ulama ahli hadist. Bahwa ungkapan ini dinilai dengan hadist makdzub atau dusta. Bahwa nabi SAW tidak pernah mengatakan tentang hal ini.
Walaupun dari segi kedudukan hadist ini makdzub atau da'if jiddan. Namun dari segi makna dan arti sangatlah pas bila diterapkan bagi orang-orang yang mencitai tanah air. Memang benarlah adanya bahwa hanya orang-orang yang percaya atau beriman yang bisa lebih mencintai tanah airnya.
Dan bisa juga diartikan : Maka seyogyanya bagi orang yang imannya sempurna harus membuat kemakmuran terhadap Tanah Airnya dengan amal-amal Sholih.
Ma'asyirol muslimin wa zumrotal mukminin rahimakumulloh.
Dari pengalaman - pengalaman semenjak tahun 1945, hingga sekarang sering terjadi ancaman – ancaman dan lain sebagainya terhadap negara kita yang berdasarkan pancasila. Namun begitu kita tetap berdiri dan sentosa. Hal tersebut dikarenakan oleh cita - cita ataupun pandangan hidup bangsa Indonesia yang di gali dari kalbu bangsa Indonesia sendiri yang terumus dalam pancasila.
Sebagaimana saudara - saudara ketahui bahwa pada tanggal 1 Oktober 1965, telah dilakukan gerakan operasional yang dipimpin oleh Letnan Jendral Soeharto sebagai komandan operasional pemulihan keamanan dengan bantuan segenap potensi masyarakat yang mencintai negara proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Gerakan operasional tersebut adalah dalam rangka menghancurkan apa yang disebut dengan Gerakan Kontra Revolusi G 30 S PKI.
Dari gerakan oprasional 1 Oktober 1965 negara kita yang berdasarkan pancasila tetap berdiri dengan teguhnya, dan pancasila sebagai dasar negara maupun sebagai falsafah bangsa tetap ”sakti”. Bartolak dari kejadian itulah, maka ditetapkannya tanggal 1 Oktober sebagai hari kesaktian pancasila.
Sebagai ideology, atau sebagai cita - cita hendaklah diwujudkan. Sedangkan sebagai falsafah perlu di hayati dan di amalkan. dengan diamalkan kelima - lima silanya, akan terwujud cita - cita masyarakat pancasila yang bertujuan mencapai kesejahteraan lahir dan batin.
Marilah kita selalu memohon kehadirat Tuhan Yang Maha Esa agar negara kita Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila / UUD 1945 tetap kuat dan sentausa. Bisa lestari mengemban fungsinya sebagai wahana dan sarana mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Lahir maupun batin.
Ma'asyirol muslimin wa zumrotal mukminin rahimakumulloh.
Menurut Bung Karno salah satu titik temu antara islam dan nasionalisme adalah cita-cita untuk mewujudkan persaudaraan universal yang melampaui sekat-sekat agama dan budaya.
Pandangan Bung Karno di atas kiranya tak jauh beda dengan pemikiran Hasan al-Banna. Sebagaimana dikutip Adhyaksa Dault (2005), Hasan al-Banna memaparkan bahwa apabila yang dimaksud dengan nasionalisme adalah kerinduan atau keberpihakan terhadap tanah air, keharusan berjuang membebaskan tanah air dari penjajahan, ikatan kekeluargaan antar masyarakat, dan pembebasan negeri-negeri lain maka nasionalisme dalam makna demikian dapat diterima dan bahkan dalam kondisi tertentu dianggap sebagai kewajiban.
Lebih tegas, KH Abdul Wahab Chasbullah, mengemukakan bahwa "Nasionalisme ditambah bismillah itulah Islam. Kalau Islam dilaksanakan dengan benar pasti umat Islam akan nasionalis."
Di Indonesia, nasionalisme Islam melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara. Digantinya sila pertama
Piagam Jakarta “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada sidang PPKI 18 Agustus 1945 merupakan bagian terpenting dari kesadaran nasionalisme umat Islam secara kolektif. Bung Karno adalah pencetus Pancasila dan menjadikannya sebagai ideologi negara.
Mayoritas umat Islam Indonesia menilai tidak ada pertentangan antara Islam dan negara Pancasila. Dikarenakan sila-sila yang terangkum dalam Pancasila merupakan bagian dari ajaran-ajaran Islam, mulai dari nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, dan persaudaraan universal. Pancasila adalah falsafah negara Indonesia yang mencerminkan kondisi bangsa kita sangat plural, baik dari segi agama, suku, budaya, dan sebagainya.
Maka tak heran bila Gus Dur, sebagaimana dikutip Nur Khalik Ridwan dalam Gus Dur dan Negara Pancasila (2010: 43) menegaskan: “Tanpa Pancasila negara akan bubar. Pancasila adalah seperangkat asas dan ia akan ada selamanya. Ia adalah gagasan tentang negara yang harus kita miliki dan kita perjuangkan. Dan Pancasila ini akan saya pertahankan dengan nyawa saya. Tidak peduli apakah ia akan dikebiri oleh angkatan bersenjata atau dimanipulasi oleh umat Islam, atau disalahgunakan keduanya.”
Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa tidak ada pertentangan antara Islam dan nasionalisme bukan sesuatu yang bertentangan. Nilai-nilai nasionalisme ada dalam ajaran Islam. Nasionalisme Islam tidak sebatas dilandasi oleh tanggungjawab sosial berbasis pada geografis dan etnis, melainkan lebih didasari pada keimananan dan kecintaan atas sesama umat manusia.
Nasionalisme Islam Indonesia bermakna luas, tidak bersifat sektarian sebagaimana diteriakkan kelompok muslim yang menginginkan Islam sebagai Ideologi Negara. Nasionalisme Islam Indonesia dilandaskan pada asas kebhinekaan. Karenanya, umat Islam yang nasionalis tentunya akan menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sekian khutbah yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi jalan yang lurus kepada para pemimpin kita dan kepada para pemegang
الحمد لله، له الحمد في الأولى والآخرة، أحمده وأشكره على نعمة الباطنة والظاهرة، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله. أما بعد :
فاتقوا الله عباد الله، واعلموا أن أحسن الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
أللَّهُمَ إنا نسألك رضاك والجنة ونعوذ بك من سخطك والنار، اللهم إنا نسألك الجنة وما يقرب إليه من قول وعمل، ونعوذ بك من النار وما يقرب إليها من قول وعمل.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.