21 Agu 2011

Dimana Malam-malam Ramadhan?


Tak terasa puasa ramadhan yang kita jalani kini telah sampai hari yang ke duapuluh satu untuk di Indonesia dan memasuki yang ke duapuluh untuk yang sedang berpuasa di Maroko. 
Masih sembilan hari lagi kedepan untuk menikmati betapa indahnya dan agungya bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Sebagaimana dalam sebuah riwayat hadist dari Rasulullah Saw, “Seandainya umatku tahu (keutamaan) apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya berharap agar satu tahun seluruhnya terdiri dari Ramadhan.”

Namun dari berlalunya sebagian dari bulan penuh pahala dan rahmat ada yang telah  meninggalkan kesan dengan berbagai amalan-amalan yang insyaAlloh diridloi dan dicintai Alloh ta'ala.

Ada yang sudah dari awal ingin mendapatkan pahala disisi Alloh sebanyak-banyaknya dengan memulai membaca al-qur'an sampai ia khataman, shalat qiyamullail, infaq shadaqah, ibadah yang bernilai syakhsi maupun ijtima'i.

Namun ada juga yang melewati sebagian bulan berkah ini dengan ibadah yang masih belum maksimal, atau bisa dikatakan bolong-bolong. shalatnya masih kadang-kadang kalau pas kebetulan ada acara bersama, omongannya masih sering menyakitkan orang, dan bacaannya masih sering kalo menunggu didengar orang lain.

Ada yang pernah bilang "apakah yang dibilang 1 adalah banyak, 2 adalah jarang, 3 adalah kadang-kadang dan 4 adalah sedikit?"

Yang dimaksud 1 adalah banyak yaitu minggu pertma orang-orang ramai dan berbondong-bondong pergi kemasjid untuk shalat tarawih, dan minggu kedua sudah mulai jarang yang pergi ke masjid atau sudah mulai berkurang, dan memasuki minggu ketiga yang ikut melaksanakan shalat tarawih mulai kadang-kadang, dan pada minggu keempat tinggal sedikit istiqamah menyelesaikan ibadah shalat tarawih.

Diriwayatkan dari `Aisyah Radhiyallahu Anha. Bahwa” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam “Apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Beliau menghidupkan malam dan membangunkan anggota keluarganya dan beliau kencangkan pakaiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, (dia berkata), “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR. Muslim ).

Begitulah seharusnya kita bila memasuki sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan agar mencontoh Rasulullah agar meningkatkan kadar ibadah kita dan bersungguh-sungguh dalam menjalankannya.

Inilah kesempatan terakhir kita untuk menyempurnakan ibadah dibulan ramadhan, dan bagi yang belum maksimal, inilah kesempatan untuk memperbaiki kualitas ibadah dan kuantitasnya, semoga Alloh melimpahkan rahmatnya untuk kita semua.

Dan renungkanlah, akankah kita akan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan tahun depan? mungkin inilah Ramadhan terakhir kita, karenanya bersungguh-sungguhlah selagi kita masih bisa merasakannya.

Mari kita ambil intisari dan hikmah dari amalan-amalan para ulama-ulama salafusshalih di bulan ramadhan agar lebih memotivasi kita untuk lebig giat beribadah.

Adalah Aswad bin Yazid An Nakha’i Al Kufi. Disebutkan dalam Hilyah Al Auliya (2/224) bahwa beliau mengkhatamkan Al Qur`an dalam bulan Ramadhan setiap dua hari, dan beliau tidur hanya di waktu antara maghrib dan isya, sedangkan di luar Ramadhan beliau menghatamkan Al Qur`an dalam waktu 6 hari.

Tidak hanya bermujahadah dalam menghatamkan Al Qur`an, dalam ibadah shalat, Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa tabi’in ini melakukan shalat 6 ratus rakaat dalam sehari semalam. (Al Ibar wa Al Idhadh, 1/86).

Adapula Qatadah bin Diamah, dalam hari-hari “biasa”, tabi’in ini menghatamkan Al Qur`an sekali tiap pekan, akan tetapi tatkala Ramadhan tiba beliau menghatamkan Al Qur`an sekali dalam tiga hari, dan apabila datang sepuluh hari terakhir beliau menghatamkannya sekali dalam semalam .(Al Hilyah, 2/228).

Tabi’in lain, Abu Al Abbas Atha’ juga termasuk mereka yang “luar biasa” dalam tilawah. Di hari-hari biasa ia menghatamkan Al Qur`an sekali dalam sehari. Tapi di bulan Ramadhan, Abu Al Abbas mempu menghatamkan 3 kali dalam sehari. (Al Hilyah 10/302).

Sedangkan Said bin Jubair, dalam Mir’ah Al Jinan, Al Yafi’i menyebutkan sebuah riwayat, bahwa di suatu saat tabi’in ini membaca Al Qur`an di Al Haram, lalu beliau berkata kepada Wiqa’ bin Abi Iyas pada bulan Ramadhan: “Pegangkan Mushaf ini”, dan ia tidak pernah beranjak dari tempat duduknya itu, kacuali setelah menghatamkan Al Qur`an.

Diriwayatkan juga dari Said bin Jubair, beliau pernah mengatakan: “Jika sudah masuk sepuluh hari terakhir, aku melakukan mujahadah yang hampir tidak mampu aku lakukan.”

Beliau juga menasehati: “Di malam sepuluh terakhir, jangan kalian matikan lentera.” Maksudnya, agar umat Islam menghidupkan malamnya dengan membaca Al Qur`an.

Thabaqat Fuqaha Madzhab An Nu’man Al Mukhtar, yang dinukil oleh Imam Laknawi dalam Iqamah Al Hujjah (71,72) disebutkan periwayatan bahwa dalam bulan Ramadhan Said bin Jubair mengimami shalat dengan dua qira`at, yakni qira`at Ibnu Mas’ud dan Zaid bin Tsabit.

Manshur bin Zadan, termasuk tabi’in yang terekam amalannya di bulan diturunnya Al Qur`an ini. Hisham bin Hassan bercerita, bahwa di bulan Ramadhan, Manshur mampu menghatamkan Al Qur`an di antara shalat Maghrib dan Isya’, hal itu bisa beliau lakukan dengan cara mengakhirkan shalat Isya hingga seperempat malam berlalu. Dalam hari-hari biasapun beliau mampu menghatamkan Al Qur`an sekali dalam sehari semalam. (Al Hilyah, 3/57).

Tidak ketinggalan pula Imam Mujahid, salah satu tabi’in yang pernah berguru langsung dengan Ibnu Abbas juga amat masyur dengan mujahadahnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dengan sanad yang shahih, bahwa tabi’in ahli tafsir ini juga menghatamkan Al Qur`an pada bulan Ramadhan di antara maghrib dan isya.

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa Abu Hanifah termasuk pada golongan tabi`in, karena telah bertemu dengan sahabat Anas bin Malik. Banyak riwayat yang menegaskan bahwa beliau adalah ulama yang ahli ibadah. Yahya bin Ayub, ahli zuhud yang semasa dengan beliau mengatakan: Tidak ada seorangpun yang datang ke Makkah, pada zaman ini lebih banyak shalatnya dibanding dengan Abu Hanifah.
Karena itu beliau dijuluki Al Watad (tiang) karena banyak shalat (Tahdzib Al Asma, 2/220).

Lalu, bagaimana amalan ulama ahli ibadah ini dalam bulan Ramadhan?
Orang yang melakukan shalat fajar dengan wudhu isya selama 40 tahun ini menghatamkan Al Qur`an 2 kali dalam sehari di bulan Ramadhan, pada waktu siang sekali, dan pada waktu malam sekali (Manaqib Imam Abu Hanifah, 1/241-242).

Bahkan disebutkan oleh Imam Al Kardari bahwa Abu Hanifah termasuk 4 imam yang bisa menghatamkan Al Qur`an dalam 2 rakaat, mereka adalah Utsman bin Affan, Tamim Ad Dari, Said bin Jubair, serta Abu Hanifah sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes