Menara Koutoubia, Masjid tua di Maroko |
Maroko sebagai negeri yang masih asing di telinga, kini menjadi negara kedua bagi saya setelah tiga tahun lebih menetap disini untuk menimba ilmu. Begitu pun Ramadhan yang berat dilaksakan di awal kini terasa dekat bahkan bisa merasakan suasana hangatnya keluarga.
Kegiatan Ramadhan yang di susun oleh Perhimmpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko bekerjasama dengan KBRI Rabat menjadi obat rindu kebersamaan ibadah bersama keluarga.
Setiap malam ahad, kami warga negara Indonesia mengikuti kegiatan buka bersama, shalat maghrib, isya dan tarawih bersama di Mushola KBRI Rabat, ditambah dengan pengajian bersama yang biasa di bawakan oleh teman-teman Mahasiswa lainnya.
Selain kegiatan di KBRI, bersama teman-teman Mahasiswa yang lain pun punya kesibukan dari kegiatan ilmiah sampai olah raga bersama di asrama mahasiswa Souissi II, Rabat.
Berbaur dengan teman-teman Mahasiswa/i membawa pengaruh dengan kebudayaan sehari-hari dikampung halaman, berbeda lagi kala berbaur dan bersosial dengan orang-orang Maroko, menambah suasana Ramadhan semakin berkesan dengan kultur dan budaya Mereka.
Suasana Spiritual orang Maroko sangat terasa ketika puasa, rasa saling menghormati dan mengasihi pun bertambah di banding hari-hari lainnya. apalagi kita sebagai mahasiswa, sering rasanya ketika dirumah kontrakan sering diberi soup Harirah (sup tomat dan bumbu-bumbu khas Maroko) makanan khas chebekia (roti goreng oles madu) dan sellou (gula-gula dari kacang almond dan biji wijen), dan kurma yang merupakan sajian yang populer di bulan suci ini.
lain cerita lagi ketika kita menjalankan puasa di daerah pedesaan. berkunjung ke rumah teman Maroko bisa menjadi agenda untuk menambah dan mendalami kebiasaan orang Maroko kala Ramadhan. Seperti halnya Indonesia, orang-orang Maroko pun sebuk dengan menu untuk berbuka puasa.
Makanan merupakan penunjang pokok dalam bulan puasa. Namun hal itu tidak melupakannya dari hal yang paling mendasar dibulan suci ini yakni Ibadah.
Dalam hal ibadah, Orang-orang Maroko pun berlomba-lomba untuk mendapatkan hidayah dan ampunan Alloh swt. dengan membaca al-quran, berdzikir, beri'tikaf di Masjid dan bersedekah.
Suasana spiritual lebih terasa ketika malam menjelma, orang-orang pergi ke Masjid untuk menunaikan shalat tarawih. shalat tarawih yang mengikuti madzhab Imam Maliki dengan delapan raka'at di awal malam setelah shalat Isya dan delapan raka'at lain dengan shalat witir di akhir malam sebelum terbit fajar. setiap kali shalat tarawih satu juz ayat selesai di baca, hingga di akhir ramadhan akan khatam tiga puluh juz dari Al-Qur'an.
Apalagi ketika memasuki hari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, masjid-masjid di Maroko semakin penuh dan sesak sampai kebanyakan dari mereka sampai shalat di luar masjid dan pinggir jalan demi mendapatkan pahala dari Alloh dan mencari malam Lailatul qadar.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.