Yang di maksud celaka adalah apabila seseorang telah melakukan shalat, tetapi shalat itu tidak membawa manfaat dan kebaikan sama sekali; karena tidak dikerjakannya dengan sungguh-sungguh ; masih setengah-setengah dalam menjalankannya ; tidak peduli apakah shalatnya sudah benar atau tidak, dan shalat hanya penggugur kewajiban saja. Tidak timbul dari kesadarannya sebagaiseorang Hamba Allah, "maka laksanakanlah shalat shalat karena tuhanmu"(QS. al-Kaustar ; 2), yang sudah sewajarnya dia memperhambakan diri kepada Allah dan mengerjakan shalat sebagaimana yang diperintahkan Allah dengan perantaraan Nabi-Nya. Pernah Nabi s.a.w. melihat seorang sahabatnya yang terlambat datang ke mesjid sehingga ketinggalan dari shalat berjamaah, lalu dia pun shalat sendiri. Setelah dia selesai shalat, Nabi s.a.w. menyuruhnya mengulang shalatnya kembali. Karena yang tadi itu dia belum shalat. Dia belum mengerjakannya dengan sesungguhnya.
Dan shalat itu juga dilakukan pada waktu yang telah di tentukan, Allah ta’ala berfirman “Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS. an-Nisa : 103) tidak megakhirkan waktu shalat atau juga tidak shalat di luar waktunya. Seperti banyak kita lihat pada saat sekarang orang yang mengakhirkan shalatnya dari pada acara televisi yang sedang berlangsung. Sabda Nabi s.a.w “Sebaik-baik amal adalah shalat pada awal waktunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sudahkah shalat kita sesuai syariat?
Sudahkah kita yakin bahwa shalat kita sudah sesuai dengan syariat? Meski kita sudah melaksanakan shalat setiap hari lima waktu. Marilah kita bertanya, bagaimana cara shalat yang benar ? apakah takbiratul ihram kita sudah benar? Jika ya, tahukah ayat atau hadits yang membuktikan bahwa takbiratul ihram kita itu sudah benar? Jika kita masih ragu atau masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, berarti kita masih perlu belajar, masih perlu membuka buku-buku fiqh dari ulama terpercaya., mempelajari dengan mengetahui dalil-dalil yang membuktikan kebenaran tersebut.
Hadits ini senantiasa mengingatkan mereka agar tetap dan terus-menerus berusaha menyempurnakan shaatnya dari waktu-kewaktu, dan mereka selalu memohon penuh harap kepada Allah SWT mudah-mudahan Dia (Al-Mujieb) Yang Maha Mengabulkan permohonan hambanya, menerima amal ibadah yang telah dilakukan, memaafkan kesalahan-kesalahan yang ada dan memberikan tuntunan kepada kesempurnaan beribadah. Sabda Rasulullah Muhammad s.a.w.: “Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka baiklah seluruh amal ibadahnya selama di dunia, dan apabila shalatnya rusak/buruk maka rusakalah seluruh amal perbuatan yang telah ia kerjakan selama di dunia”.(An-Nasa'i & At-Tirmidzi).
Shalat dan sabar adalah penolong.
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah:45-46)
Kita sering kali mencari pertolongan ke sana ke mari saat kita ditimpa masalah, namun kita, malah sering lupa untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT melalui shalat dan shabar. Shalat adalah bukti ketundukan kita kepada Allah SWT, shalat adalah do’a, shalat adalah ibadah yang bukan hanya memuji Allah SWT tetapi juga berisi permintaan-permintaan kita kepada Allah SWT. Alangkah indahnya dalam sujud dan ruku’ kita mensucikan dan memuji Allah sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jangankan kepada makhluq-Nya yang tunduk dan taat, bahkan kepada orang orang yang membangkang pun dengan segala kesombongannya, Allah masih tetap memberikan nikmat tiada tara. Bukan sembarang shalat yang akan menjadi penolong kita. Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa orang yang bisa menjadikan shabar dan shalat sebagai penolong ialah mereka yang khusyu’. Tidak ada ukuran baku dalam shalat khusyu’, oleh karena itu kembali kita meminta kepada Allah SWT agar menjadikan shalat kita dengan khusyu’.
Niat pangkal seluruh aktifitas.
Dari Umar bin Khatab, ia berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapati apa yang diniatinya.” (HR. Bukhari 1:9 & Muslim 6:48)
Niat itu adalah maksud /keinginan menyengaja dengan kesungguhan hati untuk mengerjakan shalat semata-mata karena menaati perintah Allah SWT sesuai dengan tuntunan Rasulullah s.a.w. Ibnu Taimiyyah berkata: “tempat niat itu di hati bukan di lisan, menurut kesepakatan para Imam kaum muslimin dalam semua masalah ibadah. Sehingga seandainya seseorang berkata dengan lisannya berlainan dengan apa yang diniatkandalam hatinya, maka yang dianggap adalah apa-apa yang diniatkan oleh hatinya bukan yang dilafazhkan. Dan seandainya seorang berkata secara lisan tentang niatnya tetapi niatnya tidak sampai kehatinya, maka yang demikian tidak mencukupi menurut kesepakatan para Imam kaum Muslimin, karena niat adalah kesengajaan maksud dan kesungguhan dalam hati. (Majmuu'atir-Rosaailil Kubro1:243).
Keutamaan sujud
Rasulullah s.a.w. juga bersabda: “Tidak ada satu orangpun di antara umatku yang tidak aku ketahui pada hari kiamat.” Mereka (sahabat) bertanya, "Bagaimana engkau dapat mengetahuinya wahai Rasulullah, sedangkan engkau berada di tengah-tengah banyaknya makhluk? Beliau s.a.w. bersabda: “Apakah engkau dapat mengetahui sekiranya engkau memasuki tumpukan makanan yang di dalamnya terdapat sekumpulan kuda berwarna hitam pekat yang tidak dapat tertutup oleh warna lain, dan di dalamnya terdapat pula kuda putih bersih, dapatkah engkau melihatnya?” Mereka berkata: "Tentu"!!!. Beliau s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya umatku pada hari itu berwajah putih berseri karena sujud dan karena wudhu'.” (HR.Ahmad dengan sanad yang sahih; Tirmidzi, sahih).
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.