Syaikh Ibnu Dzhafar Al-Maki didalam kitabnya Anba’ Al-Abna halaman 150 beliau berkata, “Ketika salah seorang anak menghafal firman Allah ta’ala, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)” (Q.S. Muzammil: 1-2)
Ia berkata kepada bapaknya, “Wahai ayahku, siapakah yang disuruh Allah –untuk melakukan shalat malam- dalam ayat ini?” Sang bapak menjawab, “Wahai anakku, dia adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Anak itu berkata, “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melakukan apa yang beliau kerjakan?” Sang bapak menjawab, ”Wahai anakku, sesungguhnya shalat malam itu dikhususkan untuk beliau dan ditetapkan baginya bukan untuk umatnya.”
Maka terdiamlah anak itu. Dan ketika ia menghafal firman Alah ta’ala,“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu” (Q.S. Muzammil: 20)
Ia berkata kepada bapaknya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah mendengar adanya segolongan orang yang mengerjakan shalat malam, maka siapakah segolongan orang tersebut?” Bapaknya menjawab, “Wahai anakku, mereka adalah para sahabat –ridhwanullah ‘alaihim-.” Anak itu berkata lagi, “Wahai ayahku, adakah kebaikan yang dapat diraih dengan meninggalkan apa yang diamalkan oleh Nabi dan para sahabatnya?” Sang bapak berkata, “Engkau benar wahai anakku.”
Maka, setelah itu sang bapak bangun di malam hari untuk mengerjakan shalat. Dan pada suatu malam anak itu terbangun dan menyaksikan ternyata ayahnya sedang shalat, lalu berkatalah ia kepada bapaknya, “Wahai ayahku, ajarkan aku bagaimana cara bersuci dan sholat bersamamu.” Bapaknya berkata, “Wahai anakku, tidurlah kembali, karena engkau masih kecil.” Maka anak itu berkata, “Wahai ayahku, pada hari nanti ketika manusia dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan dari pekerjaan mereka, maka aku katakan kepada Rabbku, “Sesungguhnya aku telah bertanya kepada Bapakku bagaimana cara bersuci agar aku bisa shalat bersamanya, akan tetapi ia enggan dan berkata padaku, “Tidurlah kembali karena engkau masih kecil, Apakah ayah ingin seperti itu?” maka Bapaknya pun menjawab, “Tidak, Demi Allah wahai anakku, ayah tidak ingin seperti itu.” Kemudian ia mengajarinya lalu shalat bersamanya.
Subhanallah! Semoga Allah tabaroka wa ta’ala memperbanyak anak-anak kaum muslimin seperti mereka. Allohumma amin.
*Diambil dari buku “Keagungan Generasi Salaf disertai kisah-kisahnya” oleh Jamal Abdurrahman. Penerbit Darussunnah, Jakarta
1 komentar:
Sungguh bahagia memiliki anak seperti itu ^^
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.