2 Jul 2012
Filosofi Jawa Menyambut Ramadan
09.48.00
Burhan Ali
No comments
Bagaimanakah bentuk penyambutan kita kepada tamu agung yang bernama bulan Ramadan, khususnya Ramadan 1433 H. tahun ini?
Dalam sebuah lagu lawas gubahan sang maestro Sunan Kalijaga dengan judulnya E DHAYOHE TEKA (eh tamunya datang) di jelaskan bagaimana kita harus mempersiapakan diri untuk menyambut bulan suci ramadan.
E dhayohe teka
e gelarna klasa,
e klasane bedhah,
e tambalen jadah,
e jadahe mambu e pakakna asu,
e asune mati e buwangen kali,
e kaline banjir e buwangen pinggir,
e pinggire lunyu e yo golek sangu,
Tembang tersebut menceritakan kepada umat Islam bila tamunya datang yaitu bulan Ramadan sudah datang, maka semua umat Islam supaya menyambut dengan penuh suka cita karena akan bertemu dengan bulan yang penuh berkah dan penuh kemuliaan.
Caranya dengan membersihkan hati terlebih dahulu dari segala kotoran dunia. Membersihkan atau menjernihkan pikiran, rasa dan keinginan. Semua itu mesti hati-hati dan diibaratkan menggelar tikar (gelarna klasa). Tikarnya jangan sampai sobek atau rusak, dan kalau terpaksa memang sobek atau rusak, ditambal pakai jadah (makanan dari ketan). Maka dari itu, didalam bulan Ramadan tersebut jangan dekat-dekat dengan setan tetapi dekatlah dengan Allah Yang Maha Kuasa dengan menjalankan mujahadah dan muhasabah(intropeksi diri).
Tamu dalam pandangan sufisme jawa, ibarat bayi yang baru lahir. Bayi tersebut bersih, suci belum punya noda dan cacat. Makanya menyambut bulan suci Ramadan tadi harus disambut dengan rasa gembira, ikhlas, ridho hingga kedalam hati, seperti ketika kita kedatangan bayi yang baru lahir. Selanjutnya ada yang melaksanakan padusan(bersihan) supaya bersih dan suci dari najis atau kotoran.
Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya” (QS. Asy-Syams : 9)
Maka dalam waktu beberapa hari ke depan yang tersisa, kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita. Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amal-amal kita tidak akan diterima.
“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al Zumar: 65)
Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu.
Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (Muttafaq 'Alaih)
Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegarakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran : 133)
Maka demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadan dengan persiapan yang sempurna.
Semoga dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadan 1433 H ini, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadan, lalu memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadan itu. Selama sebulan penuh kita beramal di bulan suci lagi mulia itu, disertai dengan rahmat dan ampunan Allah SWT, hingga menjadikan kita diridhai-Nya lalu dianugerahi surga.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah meninggalkan tilasan disini.