Hadist Birrul Walidain, Mengenang Kasih Ibu Di Hari Ibu
"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al ‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.".
Berawal Dari Sejarah Indonesia-Maroko
Indonesia, salah satu Negara demokrasi yang berada diwilayah asia tenggara, bagian timur dari benua asia. Sedangkan Maroko adalah Negara kerajaan yang berada di wilayah afrika utara atau bagian barat dari benua Afrika yang sering disebut dengan Maghribi (negeri matahari terbenam).
Menjadi Generasi Tiada Hari Tanpa Qur'an
Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia,..
Taman Zoologique de Rabat
Sebuah Kebun binatang yang memberikan pemandangan yang berbeda dengan menyajikan hewan yang hidup dalam habitat aslinya yang telah disesuaikan dengan sifat iklim sub-benua, untuk memanjakan pengunjung seolah berada di alam dan satwa liar..
Keuntungan Belajar di Maroko
Kuliah di luar negeri akan mendapatkan lebih banyak pengalaman di banding dengan yang kuliah di dalam negri. Dan Maroko adalah salah satu pusat ilmu-ilmu keislaman selain negara di timur tengah lainnya seperti Mesir, sudan, yaman dan lainnya. Dan Maroko merupakan salah satu warisan dunia yang kini merupakan Pusat ...
26 Sep 2011
Khutbah Jumat : Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90
24 Sep 2011
Pesan Mbah Mun
16 Sep 2011
Kunjungan Rohani KH Maimun Zubair di Fes
Madrasah Quaraouiyine adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di dunia. Didirikan pada tahun 245 / 857 M, oleh Fatimah Fihriyah, seorang wanita dari kota Kairouan, Tunisia. Maka, nama Quaraouiyine pun diambil dari kata Kairouan ini.
Tempat pertama yang dikunjungi di komplek ini adalah Madrasah al-Shaffarin, madrasah ini sebenarnya merupakan kamar-kamar untuk santri-santri Jami' Quaraouiyine (Jami' berarti masjid –red). Dulu pernah ada santri dari Indonesia yang mondok di sini yaitu Ustad Amrul Qois dari Jakarta.
Di dalam salah satu kamar Madrasah al-Shaffarin ini terdapat mauqifnya Imam Jazuli di mana beliau gunakan untuk mengarang kitab shalawat Dalail al-Khoirat.
Kemudian tempat yang dikunjungi adalah gudang ilmu perpustakaan Quaraouiyine. Biasanya tempat ini dilarang untuk dijadikan tempat tourist, tapi dengan kharisma Mbah Kyai Maimun, serta keikutsertaan Ibu Dubes, pegawai perpustakaan pun mempersilahkan dengan ramah kunjungan rombongan ini.
Di perpustakaan Quaraouiyine ini kitab-kitab berjejeran di rak buku dengan tersusun rapi. Mbah Kyai pun sempat membuka-buka kitab dan membaca kitab yang dipilih hampir 15 menit di situ.
Kepala Perpustakaan mengatakan bahwa perpustakaan Quaraouiyine memiliki 4.000 lebih manuscript yang di simpan di sini, dan kebanyakannya sudah di foto atau masuk dalam micro film untuk dibaca oleh para ahlinya.
Ketika adzan dhuhur menggema, rombongan segera masuk ke Jami' Quaraouiyine dan melakukan shalat dhuhur berjamaah karena pintu masjid hanya akan dibuka ketika waktu solat saja. Ketika selesai mereka akan menguncinya.
Setelah Mbah Kyai berdiri di shaf paling depan. Ketika itu, beliau bertanya kepada Muhammad Ayman, S.HI yang menjadi pemandu Mbah Kyai, mengapa orang-orang pada solat miring ke kiri?
"Dulu bangunan Masjid Quaraouiyine dibangun ketika belum tahu arah kiblat. akan tetapi setelah beberapa ratus tahun baru diketahui kesalahan tersebut. Oleh sebab itu mereka merubah arah kiblat akan tetapi bangunan tetap sama" Jawab Ayman, Mahasiswa Malaysia di Maroko yang pernah mengenyam ilmu di Pon-Pes Raudlatul 'Ulum, Kencong-Kepung-Kediri-Jawa Timur selama 13 tahun.
"Perkara ini langsung ditolak oleh KH Maimun Zubair. Beliau berkata itu tidak sepatutnya berlaku. Karena dalam 4 mazhab yang penting adalah dalail al-qiblat. Jadi, dengan menghadap arah timur sudah benar. Ini berbeda dengan mazhab Syiah menurut beliau" tutur Ayman mengutip penjelasan Romo Kyai.
"Perkara ini ditegur beliau karena isu perubahan kiblat masjid di Indonesia yang juga seperti di dalam film Sang Pencerah" lanjutnya.
Setelah itu Romo Kyai diperkenalkan dengan Imam Masjid Quaraouiyine. Dan melihat-lihat kursi di masjid yang bertingkat-tingkat menyerupai kursi khatib jumat di mana kursi tersebut adalah tempat duduk Syuyukh Quaraouiyine untuk mengajar. Jami' Quaraouiyine merupakan tempat menuntut ilmu seperti pesantren di Indonesia.
Setelah selesai berkunjung di komplek Jami' Quaraouiyine, Rombongan berangkat menuju ke Maqam Syeikh Tijani. Di sana langsung disambut oleh Pimpinan Thoriqoh tersebut. Dan dilanjutkan dengan membaca tahlilan dan doa bersama.
Ketika sudah selesai, Rombongan yang disertai Ibu dubes Mahsusoh Ujiati dan Staf KBRI Pelaksana Fungsi Pensosbud Suparman Hasibuan, berangkat menuju kendaraan untuk selanjutnya berangkat ke tempat tujuan terakhir di kota Fes yaitu Maqam Abu Bakar Ibnu al-Arabiy, pengarang Tafsir al-Ahkam al-Qur'an yang masyhur.(Ba)
Menara Masjid Quaraouiyyine |
Maroko Butuh Peran Ulama Indonesia
”Maroko dengan ulama-ulamanya mungkin telah ikut berperan bagi Islam di Indonesia pada awal penyebarannya. Tapi saat ini Maroko butuh peran Indonesia.”
Mariam Ait Ahmed mengatakan, Maroko dan Indonesia harus saling belajar dan bertukar pengalaman dengan segala kemajuan yang telah dicapai orang Islam Indonesia.
“Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia saat ini. Ini penting bagi perkembangan dunia Islam,” tegasnya.
Mariam Ait Ahmed mengungkapkan hal itu pada sebuah forum ilmiah di mana Pengasuh Pesantren Al-Anwar KH Maimun Zubair menyampaikan pidato di Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra, 30 km dari Rabat, Maroko, Rabu (14/9).
Sementara itu, KH Maimun Zubair (85) yang berpidato dengan judul “Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia” menyampaikan bahwa Maroko punya andil besar dalam proses pengetahuan keislaman di Indonesia.
“Kitab dasar nahwu al-Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al Khairat karya Imam Jazuli dipakai oleh mayoritas muslim di Indonesia. Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru,” ungkapnya.
"Ilmu pertama yang masuk di dalam dadaku adalah kitab al-Ajjurumiyyah fi al-Nahwi, maka ilmu pertama yang masuk dalam dadaku adalah ilmu ulama Maroko"
Mbah Maimun menjelaskan bahwa masyarakat di Indonesia mengenal Maroko sejak Ibn Batutah (pengelana muslim termasyhur, red.) menginjakkan kaki di Nusantara. Dan hingga saat ini, jelasnya, kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib bagi pesantren-pesantren di Indonesia.
“Sejak Islam awal hingga kini, Indonesia terus menjalin hubungan dengan Maroko,” lanjutnya.
“Masyarakat muslim Indonesia sesungguhnya mencintai Maroko secara zohir dan batin sejak dahulu kala”, ujar Mbah Maimun, demikian KH Maimoen Zubair.
Dalam kunjungan Muhibbah pertama kalinya ke Maroko ini, Mbah Maimun akan bertemu Sekjen majlis ulama Maroko Prof. Dr. Ahmed Yesif, mursyid Thoriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al Tijani. Dia juga mengunjungi beberapa kampus penting, di antaranya Kampus Ma'had Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger serta mengadakan diskusi.
Di akhir forum, Mbah Maimun menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh Al Yaqutah Al Faridah karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.
Forum ilmiah itu digelar atas kerjasama KBRI Rabat dengan UIT. Tampak hadir Duta Besar RI untuk kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu, Rektor UIT Prof. Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr. Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich, para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.