Kurang dari seminggu lalu, facebookku di tag seorang sahabat di dunia maya ini. Melalui tautan media jejaring sosial yang marak ini persahabatan kita bisa semakin luas dan cepat. Tanpa mengenalnya terlebih dahulu secara dekat, sahabatku mengirimkan invitation launching novel “Ouhibouki…Areta.”
Terus terang saja, aku belum sepenuhnya mengerti apa yang menarik dalam undangan tersebut. Akhir minggu ini seharusnya aku berada di luar kota tetapi karena satu hal, aku tak bisa memenuhi undangan pernikahan salah seorang kerabat dekat. Singkatnya, ternyata aku lebih di takdir kan untuk hadir di sebuah acara peluncuran novel di bilangan daerah bisnis di Kemang, Jakarta Selatan.
Dalam invitation tersebut disebutkan lokasi yang berlabel Bobby D’s restaurant and bar di lantai 1 The Mansion Shopping Arcade Kemang. Meski tak tepat pukul dua siang, acara peluncuran novel pun dimulai. Dengan dipandu seorang pembawa acara salah seorang personil P. Project, Away, yang berpenampilan mirip seperti A’a Gym cukup mampu memulai acara dengan santai dan penuh canda tawa. Entah disengaja atau tidak, acara hingga akhir pun berjalan penuh keceriaan.
Menempati sebuah restauran yang tidak terlalu luas namun cukup menampung para undangan yang berkisar sekitar mendekati angka seratus orang, acara ini mungkin cukup dibilang sukses bila dipandang dari penuhnya ruangan. Para undangan yang teridri dari beragam usia dan pihak seperti pihak keluarga, kerabat dan handai taulan penulis, sahabat-sahabat, serta para pihak pendukung terbitnya novel ini seperti pihak penerbit, wartawan dari beberapa media juga tampak hadir.
Setelah dibuka dengan pembacaan doa bersama, acara terus bergulir dengan sambutan dari pihak penerbit yaitu Indie Publishing, kemudian penulisnya Risma el Jundi. Pihak penerbit yang langsung dihadiri oleh pimpinannya, Kang Dhani menjelaskan beberapa latarbelakang mengapa novel ini begitu menarik dirinya. Dalam paparannya yang singkat beliau mengatakan, selain instinct business yang menjadi pertimbangan bahwa novel ini akan sukses dalam debut penjualananya, novel ini begitu memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan novel-novel yang sudah ada. Novel Ouhibouki…Areta ini begitu unik kehadirannya karena merupakan novel islami pertama yang disertai dengan original soundtrack. Tentu ini akan menjadi daya tarik tersendiri selain tema yang diusungnya yaitu tema pendidikan, kebudayaan dan persahabatan antara Indonesia dan Maroko yang dibumbui kisah cinta ala pujangga Cordoba.
Penulis novel ini, yang bernama asli Rismawanniati, berprofesi sebagai seorang istri dan ibu dari seorang putra, berkelahiran di Jakarta, berterus terang tentang dirinya ketika mendapat giliran memberikan sepatah dua patah kata dalam acara ini. Ia mengakui bahwa dirinya hanyalah penulis pemula yang beberapa tahun terakhir ini begitu menggemari dunia tulis menulis sambil menjalankan kewajiban sehari-harinya. Waktu luang dalam mengurus rumah tangga terasa berharganya jika terbuang begitu saja secara percuma. Maka ketika ada kesempatan menulis, beliau selalu menyempatkan dirinya untuk terus melatih dan memasihkan kemampuan menulisnya. Beberapa buku antologinya pun telah terbit mengawali karir kepenulisannya. Dan novel ini merupakan naskah yang ditulis dan dibuat dengan segala keterbatasannya ketika dirinya tertarik untuk mengikuti lomba menulis novel islami di salah satu harian ibukota. Dari naskah yang mencapai lima ratus buah, naskah dirinya mampu lolos seleksi hingga masuk 25 besar.
Minggu demi minggu menjadi begitu menegangkan ketika menunggu pengumuman tahap seleksi selanjutnya. Namun sayang Dewi Fortuna belum berpihak kepadanya, ternyata naskah ini harus tertahan sampai di 25 besar saja. Hubungan dan pergaulan yang luas akhirnya membawa Risma dengan semangat yang tak pernah padam ini tersulut kembali. Doa dan tahajudnya ternyata memberikan jalan yang tak terduga dari Sang Maha Mendengar. Pertemuan dengan Indie Publishing kembali menggelorakan semangatnya. Pucuk dicinta ulam tiba. Selain keluarga dan kerabat dekatnya yang sangat mendukung agar tulisan novelnya tersebut bisa diterbitkan dengan segala kemampuan yang serba terbatas. Hampir saja Risma tak sanggup meneruskan cerita karena suara dari dalam tenggorokan begitu serak saking terharunya menceritakan proses perjalanan dan perjuangannya dalam membuat dan menyelesaikan novel ini.
Ditengah-tengah acara, hadirin disuguhkan sebuah original soundtrack novel yang merupakan alunan sangat khas dari irama seperti perpaduan musik dari daerah timur tengah dan afrika, alunan musik yang dibawakan oleh Papa Romantic. Kehadiran musik ini ternyata tidak hanya dalam acara launchingnya saja, melainkan benar nyata bahwa lagu tersebut diciptakan sebagai soundtrack novel.
Seorang vokalis, yang biasa dikenal dengan panggilan A’a Ogest Yogaswara menyampaikan bahwa beberapa lagu dan aransemen yang diciptakannya memang benar-benar terinspirasi dari kisah dalam novel ini. Sang vokalis, Ogest menjadi sosok yang begitu menginspiratif bagi yang mengenal dan mengetahui kondisinya. Meski beliau memiliki keterbatasan fisik, sudah tak mampu berdiri sempurna dengan kedua kakinya sehingga memaksa duduk di kursi roda, dan hanya mampu menggerakkan tangan sebelah kiri, keterbatasan nafas, sekitar 20% dari nafas normal, ia mampu menghipnotis hadirin dengan olah vokalnya yang menarik. Selain vokal, ia pun termasuk song writer dari beberapa lagu yang sengaja dipersembahkan dalam bentuk kepingan CD menjadi satu paket karya seni ini. So…pembaca novel ini nantinya akan begitu dimanjakan dengan menikmati sajian sebuah imajinasi penuh dengan sensasi.
Novel Ouhibouki…Areta, meski ditulis oleh seorang penulis pemula tampaknya tidak dapat disepelekan dari segi ide dan kreatifitasnya. Tentu bukan sekedar latah dan gagah-gagahan dalam menentukan setting alur cerita di dua negara Indonesia dan Maroko. Penulis pastinya memiliki alasan dan latar belakang yang begitu menginspirasinya. Maka tak ayal, sangat membanggakan dalam halaman awal novel ini dilampirkan kata pengantar dari Duta Besar LBBP RI untuk Kerajaan Maroko, Tosari Widjaja. Dalam pengantarnya beliau menggaris bawahi kelahiran dengan pernyataan,”Novel ini tidak semata hiburan di kala senggang. Novel ini juga mengandung semangat melanjutkan perjuangan para tokoh dan ulama besar Indonesia dan Maroko untuk membangun peradaban dunia.”
Ada satu hal lain yang menjadi nilai lebih dari novel ini. Ketika memasuki tahap finishing, naik cetak pihak penerbit dan penulis belum menemukan konsep design cover novelnya. Beberapa design tawaran para design graphic belum ada yang memenuhi kepuasan Kang Dhani, Indie Publishing untuk secara maksimal memberikan dukungannya untuk novel ini. Secara tak sengaja, beliau pun iseng searching google untuk mencari model untuk cover novel ini. Tak tahu alur ceritanya hingga kemudian bertemu dengan seorang gadis cantik pemenang Muslimah Beauty 2011 pemilik nama Dika Restiyani, yang biasa akrab disapa dengan Resti yang kini baru saja menyelesaikan studi S2-nya di Nanyang Technological University of Singapore dengan konsentrasi studi International Political Economy.
Dengan proses yang begitu singkat seusai membaca sinopsis dan isi novel ini, Resti pun sempat terkaget-kaget ketika selesai membacanya. Tokoh Areta dalam novel ini begitu banyak kemiripannya, tidak hanya secara fisik tetapi sampai pada sifatnya pun begitu menyerupai dirinya. Maka ketika dikonfirmasi ia hanya menjawab,”Ini sih gue banget!” ujarnya spontan kepada Kang Dhani dan Risma. Dan tak disangka pula, penulis dan model cover ini begitu nge-kliknya hingga mereka merasa dipertemukan dalam sebuah keridhoan Allah SWT untuk mewujudkan visi dan misinya yang ternyata juga banyak memiliki kesamaan.
Andaikan saja Dewi Fortuna yang dulu datang tak berpihak sepertinya sebentar lagi akan datang menghampiri penulis dan beserta pihak pendukungnya. Kesuksesan tinggallah soal waktu karena bukan suatu yang mustahil jika karya ini mampu menarik pihak produser film untuk diangkat ke layar lebar.
Kegigihan dalam segala keterbatasan satu persatu telah dilaluinya dalam proses melahirkan suatu karya. Maka kita patut menyambut dengan rasa kekaguman dan bangga karena jejak langkahnya memberikan isnpirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya dengan segala kegigihannya. Dan juga tujuan penulis untuk berharap agar talenta yang diberikan Allah Ta’ala ini kiranya dapat bermanfaat bagi orang banyak dan menjadi ladang amal hidupnya. Seperti doa yang dipanjatkannya tepat di hari yang paling berbahagia dalam hidupnya karena peluncuran novel ini juga bertepatan dengan hari kelahirannya.
Selamat ulang tahun Teh Ima…Semoga sukses dunia dan akhirat!
Salam untuk Mbak Resti ‘Areta’ ya… ;)
Jakarta, 10 Juni 2012