Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari demi hari kita lalui, hingga kita bertemu dengan Jum'at kembali. Sebuah hari yang agung, sayyidul ayyam, yang penuh dengan barakah dari Allah SWT. Maka keimanan yang dianugerahkannya kepada kita, ditambah dengan kesehatan yang kita miliki merupakan nikmat yang luar biasa besarnya.
Terhadap segala nikmat yang dianugerahkan Allah Azza Wa Jalla, berlaku sebuah kaidah pelipatgandaan. Syaratnya: mensyukuri nikmat-nikmat itu.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Tak terasa kita telah melewati nisfu sya’ban yang jatuh pada hari minggu yang lalu, menandakan bahwa hari ini kita telah berada di akhir bulan Sya’ban 1432 H. Ini artinya, tidak lama lagi/tidak kurang dari sepuluh hari lagi kita akan berjumpa dengan tamu agung, tamu istimewa; Ramadhan yang mulia.
Ada dua buah do'a yang hampir sama dalam menyambut bulan nan agung Ramadhan. Yang satu sampai kepada kita melalui Imam Ahmad dan yang satu melalui Al Baihaqi dan Thabrani.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta berkahilah kami dalam bulan Ramadhan (HR. Ahmad).
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (HR. Al-Baihaqi dan Thabrani).
Hadits yang kedua ini, yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, umumnya adalah hadits yang lebih populer dan lebih kita hafal daripada yang pertama. Namun, hadits ini dinilai dha'if oleh Al-Albani.
Meskipun, hadits kedua itu adalah hadits dha'if, dan kita tidak berani memastikan bahwa itu adalah doa Rasulullah SAW yang diajarkannya kepada para sahabat beliau, setidaknya kita kemudian mengetahui bahwa itu adalah doa orang-orang shalih. Doa yang menyadarkan kita betapa orang-orang shalih terdahulu biasa menyambut Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya; bahkan ketika masih berada di bulan Rajab seperti yang tertera pada dua hadist diatas.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu bagaimana bentuk penyambutan kita kepada Ramadhan, khususnya Ramadhan 1432 H yang akan datang?
Dalam sebuah lagu lawas gubahan Sunan Kali jaga yang terkenal dengan judulnya E DHAYOHE TEKA (eh tamunya datang) di jelaskan bagaimana kita harus mempersiapakan diri untuk menyambut bulan suci.
(E dhayohe teka e gelarna klasa,
e klasane bedhah,
e tambalen jadah,
e jadahe mambu e pakakna asu,
e asune mati e buwangen kali,
e kaline banjir e buwangen pinggir,
e pinggire lunyu e yo golek sangu,)
Tembang tersebut menceritakan kepada umat Islam bila tamunya datang yaitu bulan Ramadhan sudah datang, maka semua umat Islam supaya menyambut dengan penuh suka cita karena akan bertemu dengan bulan yang penuh berkah dan penuh kemuliaan.
Caranya dengan membersihkan hati terlebih dahulu dari segala kekotoran dunia. Membersihkan atau menjernihkan pikiran, rasa dan keinginan. Semua itu mesti hati-hati dan diibaratkan menggelar tikar (gelarna klasa). Tikarnya jangan sampai sobek atau rusak, dan kalau terpaksa memang sobek atau rusak ditambal pakai jadah (makanan dari ketan). Maka dari itu, didalam bulan ramadhan tersebut jangan dekat-dekat dengan setan tetapi dekatlah dengan Allah Yang Maha Kuasa dengan menjalankan mujahadah dan muhasabah.
Tamu dalam pandangan sufisme jawa, ibarat bayi yang baru lahir. Bayi tersebut bersih, suci belum punya noda dan cacat. Makanya menyambut bulan suci ramadhan tadi harus disambut dengan rasa gembira, ikhlas, ridho hingga kedalam hati, seperti ketika kita kedatangan bayi yang baru lahir. Selanjutnya ada yang melaksanakan padusan(bersihan) supaya bersih dan suci dari najis atau kekotoran.
Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya” (QS. Asy-Syams : 9)
Maka dalam waktu sepuluh hari ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita.
Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amal-amal kita tidak akan diterima.
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Al Zumar: 65)
Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu.
Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq 'Alaih)
وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين
Khutbah ke dua
Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,
Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegarakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran : 133)
Maka demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadhan dengan persiapan yang sempurna.
Semoga dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan 1432 H ini, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, lalu memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan itu. Selama sebulan penuh kita beramal di bulan suci lagi mulia itu, disertai dengan rahmat dan ampunan Allah SWT, hingga menjadikan kita diridhai-Nya lalu dianugerahi surga.