20 Sep 2013

Secarik Nota Kerinduan

Pada kertas putih ini, ku tuliskan bait-bait cinta isi gundahan hati yang merana, dirangkai dalam kata-kata berupa sanjungan dan harapan.

Masih diharapkan dari masa lalu yang damai dalam kebersamaan canda tawa kita, dari waktu itu, kini hingga esok masih ada kata damai dalam kebersamaan kita.

Masih di kertas putih ini, ku ukirkan goresan pena penggalang jiwa, penentu raga dalam asa. Ku sampaikan pesan hati berisi cinta, secarik nota kerinduan mendalam.

Masih tak percaya secepat itu kau pergi, tinggalkan lara terbungkus asa, tinggalkan suka terbungkus duka, lara hati dalam sepi, sedu dan sunyi.

Tak ada yang bisa memaksa, kala takdir berbicara, semua bungkam  diam membisu, tertunduk lesu terpatuk pilu.

Pasrah raga dan jiwa, menatap hari-hari dalam pusara, hidup ria dirasa tak sampai, mati rasa pun kian tak ujung.

Kutunggu balasan darimu, atas secarik nota kerinduanku, tuk genapi masa depanku, menaruh harapan tanpa keraguan.

Seperti pertemuan jarum jam dalam angka-angka waktu hitungan.


Rabat, 22:22, 20-9-2013

Khutbah Jumat : Ibadah, Bentuk Komunikasi Hamba Dengan Tuhannya

إنّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا، أَشُهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اللّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن،
 
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِالتَّقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

قَالَ اللهُ سبحانه وتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْز، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْم: ((يَا آيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا ادْخُلُوْا فِيْ السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ)) (سورة البقرة:208)

Ma`asyiral Muslimin wa zumrotal mu’minin Rahimakumullah.
Puji dan syukur marilah senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan ni`mat dan karuniaNya bagi kita, karena Dia-lah, Allah ta’ala yang telah menciptakan manusia yang terdiri dari berbagai unsur yang membuatnya melebihi dari ciptaan-ciptaan Allah yang lainnya. Shalawat dan salam juga haruslah selalu kita perbanyak untuk Rasulullah SAW yang telah berjuang dan mengorbankan segala-galanya untuk kemaslahatan dan kebahagiaan ummatnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Ma`asyiral muslimin Rahimakumullah.
Manusia terdiri dari 3 unsur, ‘akliyah, jasadiyah dan ruhiyah. Dalam 3 unsur ini Islam telah memberikan perhatian yang lebih kepada tiga hal tersebut untuk menjaga keberlangsungan dan kesinambungan diantara ketigannya. Pada unsur jasadiyah islam menganjurkan untuk berolah-raga, memakan makanan yang baik, menjaga dari berbagai macam penyakit, dan menjauhkan dari hal-hal yang membahayakan tubuh.

Sedangkan pada unsur ‘akliyah islam menekankan untuk selalu meningkatkan kemampuan akal dengan metode pembelajaran untuk menangkap ilmu pengetahuan baik dengan meneliti, berfikir ataupun bertadabbur.
 
Adapun pada unsur ruhiyah, Islam memberi makan ruh melalui apa yang telah disyariatkan Allah taala untuk hambaNya melalui hukum syariat islam dan ibadah yang selalu menjadi jembatan penghubung antara hamba dengan sang penciptanya. Dan pengaruh ibadah ini juga masuk kepada kepribadian seorang mukmin dan kaitannya dengan hal-hal berikut ini:

Yang pertama: Bahwa Ibadah adalah penghubung ruhiyah antara seorang hamba dengan tuhannya (seperti yang dikatakan sebelumnya). Dalam hal ini manusia selalu membutuhkan petunjuk dan arahan agar bisa meneruskan perjalanan hidup yang mana dalam hidup selalu terjadi peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu menyegerakan shalat baik sunnat maupun wajib ketika beliau menghadapi sebuah permasalahan, beliau SAW bersabda: “tenangkan kami dengan shalat, wahai Bilal”, untuk meminta petunjuk dan pertolongan dari Allah ta’ala dan beristirahat dari kesibukan dunia.

Untuk memperjelas gambaran tersebut, dalam sebuah hadist qudsi, diriwayatkan oleh Imam Muslim ra. disebutkan, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Allah swt berfirman:

“Aku membagi shalat (Al-Fatihah) menjadi dua bagian, sebagian untuk-Ku dan sebagian untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang ia minta. Ketika seorang hamba mengatakan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam), maka Aku menjawab, “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Ketika seorang hamba mengatakan “Arrahmanir rahim” (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Aku menjawab, “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Ketika seorang hamba mengatakan “Maaliki yaumid diin” (Yang menguasai hari pembalasan), maka Aku menjawab, “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Ketika seorang hamba mengatakan “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), maka Aku menjawab, “Ini adalah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta”. Ketika seorang hamba mengatakan “Ihdinas shiraathal mustaqim. Shiraathal ladziina an’amta alaihim, ghairil maghdhuubi alaihim, wa ladh-dhaalliin” (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. [yaitu] jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan [jalannya] orang-orang yang Engkau murkai, dan bukan pula [jalannya] orang-orang yang tersesat), maka Aku menjawab, “Ini adalah untuk hamba-Ku dan baginya apa yang ia minta”(H.R Muslim).

Ma`asyiral muslimin Rahimakumullah.
Yang kedua : Bahwa ibadah sebagai pengampun dosa dan penghapus keburukan, seperti-halnya shalat, Allah ta’ala berfirman :
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ

Yang artinya : Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Q.S Hud : 114)

Dan Rasulullah SAW bersabda dalam konteks untuk menjelaskan makna ayat  ini, dari Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan ada yang tersisa sedikitpun kotoran padanya.” Lalu beliau bersabda: “Seperti itu pula dengan shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

 Pada hadist lain Rasulullah bersabda :
 إِنَّ لِلّهِ تَعَالَى مَلَكًا يُنَادِيْ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ : يَا بَنِيْ آدَمَ قُوْمُوْا إِلَى نِيْرَانِكُمْ الَّتِيْ أَوْقَدْتُمُوْهَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَأَطْفِئُوْهَا بِالصَّلاَةِ

“Sesungguhnya Allah -Ta’ala- memiliki seorang malaikat yang memanggil setiap kali sholat, “Wahai anak Adam, bangkitlah menuju api (neraka) kalian yang telah kalian nyalakan bagi diri kalian, maka padamkanlah api itu dengan sholat“. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Ausath (9452) dan Ash-Shoghir (1135), Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (3/42-43), dan lainnya]. (Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- melemahkan hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (3057))

Pada konteks ibadah puasa yang bisa menghapus dosa, nabi SAW bersabda : “Barang siapa mendirikan puasa Ramadan dengan penuh keimanan dan kebaikan, maka akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari – Muslim)

Pada Ibadah Haji Rasulullah SAW bersabda:
« مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ، فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّه »

”Barang siapa berhaji ke Baitullah kemudian ia tidak berbuat rafats dan tidak berbuat fasik maka ia kembali seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa).” (HR. Al-Bukhari)

Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk di dalamnya bersenggama, bercumbu atau membicarakannya, meskipun dengan pasangan sendiri selama ihram. Fusuq adalah keluar dari ketaatan ke-pada Alloh , apapun bentuknya. Dengan kata lain, segala bentuk maksiat adalah fusuq yang dimaksudkan dalam hadits di atas.

Sedangkan pada zakat, Allah ta’ala berfirman :
خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها وصل عليهم إن صلاتك سكن لهم

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan shalatlah (berdo'alah) untuk mereka. Sesungguhnya shalat (do'a) kamu itu merupakan ketenteraman jiwa bagi mereka”. (QS. At-Taubah : 103)

Dari sisi lain, ketika kita menelaah lebih jauh tentang ibadah shalat, kita akan menemukan seluruh ajaran dan perintah islam dalam shalat. Dimana didalamnya mengandung Tauhid, yaitu segala sesuatu hanya mengagungkan yang Esa atau tunggal .
قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذلك أمرت وأنا أول المسلمين

Ketika melaksanakan shalat kita tidak makan dan minum, itu merupakan ajaran berpuasa. Dan melakukan shalat berarti menggunakan sebagian waktu dari umur manusia yang berarti sebagai ruh Zakat (pembersihan). Dan dalam shalat selalu menghadap kiblat, yakni baitul haram yang merupakan ajaran untuk haji.
 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ  إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.



Khutbah ke 2
إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آله وأصحابه أجمعين.

Ma`asyiral muslimin Rahimakumulla, Allah taala telah memberikan wasiat kepada kita untuk bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benar takwa, dan menjadi seorang muslim yang kaafah selama hidup di dunia hingga ajal menjemput.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ma`asyiral muslimin Rahimakumullah.

Yang ketiga: tujuan ketiga dari ibadah adalah mendidik  dan meluruskan kepribadian, baik pribadi maupun golongan. Menjadikan seorang hamba merasakan bahwa  Allah ta’ala dekat denganya dan selalu bersamanya dimanapun berada.
مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَىٰ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا  ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ  إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Yang artinya: “Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al mujadilah : 7)
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ]  رواه مسلم[

Dari Abu ‘Amr –ada juga yang menyebutnya- Abu Amrah Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi radhiyallahu’anhu. Dia berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam suatu perkataan yang aku tidak akan bertanya tentang hal itu kepada seorang pun selainmu”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim). Shahih dikeluarkan oleh Muslim di dalam [Al Iman/38/Abdul Baqi])

Iman kepada Allah ta’ala, para malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul dan kepada hari akhir  adalah asas iman atau pijakan pertama seorang mukmin atau sering disebut dengan sisi akidah dan iman. sedangkan dari sudut pandang lainnya, yaitu dari sisi pengamalan yang terdapat pada bagian kedua dari hadist diatas adalah “kemudian Istiqamahlah”.

Kesimpulannya, bahwa ibadah yang dilaksanakan sesuai manhaj nabawi akan memberikan dampak positif dan hasilnya adalah membangun kepribadian yang lurus, hati yang bersih, dan menjadikan hamba yang selalu merasa bahwa dirinya selalu dalam pengawasan dari tuhannya, baik di kala terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, dan semuanya akan dipertanggung-jawakan baik hal-hal yang kecil maupun yang besar dibalas dengan adil. Sesuai dengan janji Allah pada surat An-Najm ayat 39-41 :
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى * وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى * ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna,”

Akhirnya marilah kita jadikan ibadah kita sebagai jembatan penghubung kita dengan tuhan dan kembalikan seluruh niat ibadah kita hanya untuk mendapatkan ridha dan maghfirah dari Allah SWT, semoga kita semua mendapatkan balasan ibadah kita yang di ridloi. Amin ya rabbal `alamin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ اِبْرَاهِيْم وَعَلىَ آلِ اِبْرَاهِيْم وَباَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا باَرَكْتَ عَلىَ اِبْرَاهِيْم فِى اْلعاَلَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد.

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُما كَمَارَبَّيانَا صَغِيرًا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْواَتِ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  

اَللّهُمَّ آرِناَ الْحَقَّ حَقاًّ وَارْزُقْناَ اتِّباَعَهُ وَآرِناَ اْلباَطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِناَبَهُ.

اللَّهُمَّ افْتَحْ عَلَيْنَا اَبْوَابَ الخَيْرِ وَاَبْوَابَ البَرَاكَةِ وَاَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَاَبْوَابَ السَّلاَمَةِ وَاَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَاَبْوَابَ الجَنَّةِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّناَ آتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةِ وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةِ وَقِناَ عَذاَبَ الناَّر. وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ  وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.


@. Disampaikan pada khutbah Jumat tanggal 20 September 2013 di KBRI Rabat.


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes